WAJIB
MA’RIFAT KEPADA ALLAH TA’ALA
Bahwa
sesungguhnya ma’rifat kepada Allah Ta’ala hukumnya wajib bagi
semua orang yang sudah Mukallap, tegasnya bagi semua orang yang sudah
memasuki usia Aqil balig, wajib tidak boleh tidak, karena ada hadis
nya kang jeng nabi Muhammad s.a.w yang berbunyi begini :
“Awwalu
dinni ma’rifatullohi ta’ala “.
Artinya
: Awal-awalnya
Agama itu, harus mengetahui lebih dahulu kepada Allah Ta’ala.
Sebab
diharuskan mengetahui lebih dahulu itu, supaya di dalam pelaksanaan
ibadah seseorang Akan diterima amal ibadahnya oleh Allah Ta’ala,
ibadah itu harus dibarengi dengan ilmu.Kalau
tidak dibarengi dengan ilmu hukumnya adalah batal, tegasnya tidak
jadi. Setiap-tiap sesuatu yang tidak jadi, sudah tentu tidak akan ada
manpaatnya untuk di Akherat kelak, hanya berguna di dunia saja.
tetapi di dalam perkara ilmu, hati-hati jangan sampai keliru,
sedangkan artinya ilmu itu adalah pengetahuan, namun bukan hanya
harus mengetahui kepada syara’, yaitu tentang syahnya dan batalnya
ibadah saja, tetapi harus dengan mengetahui ( Ma’rifat ) kepada
Allah Ta’ala dan
Rosululloh,
sebab itu semuanya, jangan sampai tidak karuan ( sembarangan ) saja
penempatannya. Perumpamaannya di dunia, amal ibadah itu sedang
mengumpulkan perabotan rumah tangga, seperti meja, kursi, lemari dsb,
sedangkan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala seumpama kita memiliki
sebuah rumah yang besar dan megah, yaitu supaya barang-barang yang di
dapat dengan susah tentu akan mudah rusak, dan tidak akan menjadikan
kenikmatan. Apalagi kalau kita mempunyai tekad amal ibadah itu untuk
bekal nanti keakherat, kalau begitu semakin wajib saja Ma’rifat
kepada Allah Ta’ala sebab untuk tempat kembali ( pulang ).Kalau
tidak diketahui dari sekarang, apakah kira-kira nanti akan sampai ke
tempat asal kita tadi? Padahal di dalam sakaratul maut nanti, sudah
tidak ada bahan pertanyaan lagi dan sudah tidak akan ada akalnya
lagi, saking merasakan rasa sakitnya, sebab menurut hadis juga kalau
sekarang kita selama di- dunianya buta, tegasnya tidak mengetahui
kepada Allah dan Rasululloh, nantinya di akherat juga tetap saja
buta.
Setiap-tiap
kita dalam keadaan buta tegasnya merasa gelap diakherat kalau begitu
hasil jerih payah kita selama di dunia,yang didapatnya dengan susah
payah akan dibawa kemana?
Disebabkan
tidak bisa sampai kepada Allah ke tempat asal kita semuanya tadi,
boleh jadi hasil jerih payah atau hasil amal ibadah kita akan dibawa
kesasar atau tersesat ke sana ke mari, kalau dibawa masuk
kedalam sarang kaum siluman, hasil pendapatan kita akan dijadikan
sebagai harta kekayaan di negaranya, dan kita sendiri akan dijadikan
sebagai pembantunya. Oleh karena itu kita mumpung masih berada
(hidup) di dunia, harus berikhtiar sedia payung sebelum hujan,
tegasnya harus mau mendatangi ke alam kemudian, atau alam akherat,
yaitu harus bisa mati sebelum mati, karena kalau tidak mati dahulu
selagi hidup tentu tidak akan tahu kepada akherat. Karana
kalau ingin tahu kepada akherat harus bisa mati dahulu, sesuai dengan
dalilnya:
“Antal
Maotu qoblail maotu”
Jadi
jelas akherat atau asal kita tadi, harus diketahui dan harus
didatangi dari sekarang supaya nanti tidak akan tersesat lagi, mati
sambil mendelik-delik, mencibir, dan melirik kesana kemari seperti
orang mencari jalan.
JALAN-JALANNYA
MA’RIFAT KEPADA ALLAH TA’ALA
Kalau
jalan-jalannya Ma’rifat kepada Allah Ta’ala itu ada dua jalan,
ada yang dari bawah ke atas dan ada yang dari atas ke bawah.
Kalau
yang dari bawah ke atas, yaitu yang memasuki pesantren lebih dahulu,
mengaji kitab Al Qur’an dan terus melaksanakan ibadahnya rukun
yang lima perkara. Nah yang begitu adalah termasuk jalan
ibadah Ma’rifat Kepada Allah Ta’ala, namun sayang kebanyakan
tidak pernah sampai kepada Ma’rifatnya, disebabkan keburu betah,
dan keburu enak pada Asma, tegasnya sudah keburu nikmat pada pal
penunjuk, padahal kalau diteruskan Ma’rifatnya kepada Dat sifatnya
Allah Ta’ala, masa iya tidak berlipat ganda kenikmatannya, karena
nyata baru di Asma saja sudah sedemikian kenikmatannya.
Sedangkan
kalau jalan yang dari atas ke bawah, yaitu yang memenuhi dalil tadi,
Awwalu Dinni Ma’rifatullohi ta’ala, jalannya bukan hanya dari
pada pesantren saja, tetapi harus mau melatih diri, yaitu harus
dengan Tirakat dibarengi dengan Ikhtiar mencari tempat berguru, yaitu
Guru Mursid, karena tidak akan mengerti kalau tanpa guru, oleh sebab
itu manakah yang akan disusul (dikejar) oleh kita ? Tidak ada lain,
kecuali dari pada Tarekatnya para Wali yang harus dikejar, sebab
itulah yang bisa sampai Ma’rifat kepada Dat sifatnya Allah Ta’ala,
yang disebut dengan Johar Awal, yaitu hakekatnya Muhammad, masa iya
tidak ada berkah keramatnya untuk kita semuanya, sebab tadi juga,
para Wali makanya sedemikian rajin dan gigihnya bertapa, tidak ada
lain hanya untuk membela umat-umatnya Rasululloh supaya bisa kembali
lagi kepada Allah Ta’ala. Oleh sebab itu marilah kita segera cari
bersama-sama Tarekat para wali tersebut, sebab kalau tidak
cepat-cepat ketemu Tarekat para Wali itu, tentu tidak akan dapat
kembali lagi ke asal, pasti nyawa kita nanti akan bergentayangan
nitis menitis, kembali lagi ke dunia kepada barang-barang yang akan
terkena rusak, tidak akan bisa memenuhi dalil:
“Inna
lillahi wa inna ilaihi roojiun”
Artinya: Asal
dari Allah, harus kembali lagi kepada Allah
Namun
semuanya mungkin masih bingung, walaupun percaya juga, karena kita
tidak merasa tadinya berangkat dari Allah, turunnya kealam dunia,
tetapi dikarenakan ada dalilnya begitu, cepat-cepat saja kita mengaku
berasal dari Allah, tetapi mengakunya cuma sebatas bahwa bibir saja,
terpaksa mengakunya karena takut disebut kafir/kufur, karena tidak
percaya kepada dalil, namun artinya tetap saja gelap tidak mengerti,
disebabkan tidak terasa.
Oleh
sebab itu saya akan memberi sedikit keterangan, supaya dapat terasa
dan percaya, kita tadi asalnya dari ALLAH, beginilah keterangannya
kita telusuri dahulu dari bawah ke atas, supaya dapat di mengerti
oleh akal.
Mula-mula
kita menerima berasal dari mana? Yang dapat dimengerti oleh umum,
kita berasal dari IBU, terus telusuri lagi ke atasnya, kalau ibu kita
berasal dari mana? Tentu saja ibu kita berasal dari NENEK, kalau
nenek berasal dari mana? Tidak salah lagi Nenek keluar dari BUYUT,
kalau buyut keluar dari mana? Buyut berasal dari
BAO (menurut
istilah bahasa sunda). Kalau Bao berasal dari mana? Asalnya tentu
dari JANGAWARENG, kalau jangawareng berasal dari mana? Tentu saja
keluarnya dari UDEG-UDEG, kalau udeg-udeg berasal dari mana? Tentu
keluar dari KAKAIT SIWUR, selanjutnya begitu saja, dari ibunya dan
dari ibunya lagi, sampai kepada SITI HAWA, sedangkan Siti Hawa
berasal dari mana? Siti Hawa berasal dari TULANG RUSUKNYA NABI ADAM,
kalau Nabi Adam berasal dari mana? Diterangkan oleh Hadis bahwa Nabi
Adam berasal dari pada SARI-SARI BUMI, API, AIR dan ANGIN, sedangkan
Sari-Sari Bumi, Api, Air dan Angin berasal dari mana? Diterangkan
pula oleh Hadits asalnya dari pada NUR MUHAMMAD, cahaya empat
perkara.
1. Cahaya
merah hakekatnya api
2. Cahaya
kuning hakeketnya angin
3. Cahaya
putih hakekatnya air
4. Cahaya
hitam hakekatnya bumi
Kalau
NUR MUHAMMAD berasal dari mana?
Itu
juga diterangkan oleh Hadis, asalnya dari pada Nurnya Yang Maha Suci,
yaitu yang disebut dengan JOHAR AWAL. Nah sampai di situ buntu, sebab
sudah diterangkan oleh Hadis dan Al Qur’an, bahwa JOHAR AWAL itu
adalah bibitnya atau cikal bakalnya tujuh lapis Bumi dan tujuh lapis
Langit beserta seluruh isinya, jadi kalau begitu, bahwa tadi
dikatakan berasal dari Allah itu, yaitu berasal dari sana, dari pada
JOHAR AWAL itulah, sifatnya terang benderang yaitu bersatunya Dat
dengan sifatnya Yang Maha Suci, barulah ada Asma Allah yaitu:
1.
Cahaya Merah jadi Hakekat lapad……….Alip
2.
Cahaya Kuning jadi Hakekatnya lapad…..Lam Awal
3.
Cahaya Putih jadi Hakekat lapad…………Lam Akhir
4.
Cahaya Hitam jadi Hakekat lapad………...He
5.
JOHAR AWAL jadi Hakekat lapad………Tasjid
Begitulah
keterangannya, jadi itu cahaya yang disebut di atas adalah yang
disebut Ismudat, artinya Asmanya DAT LAESA KAMISLIHI, atau Asmanya
yang Maha Suci, kalau menurut para ahli dzikir disebutnya Latifah,
nah nantinya kita harus bisa kembali lagi ke sana, makanya wajib
diketahui dari sekarang Tarekatnya yang dapat menghilangkan Hijab
atau penghalang yang menggelapi kepada Dat Sifatnya Allah Ta’ala,
harus sampai ketemu dengan Hakekatnya Tasjid Muhammad yang ada di
dalam wujud pribadi, nah itulah kunci Muhammad yang dapat membongkar
Hijabnya kepada Allah Ta’ala, kalau seumpama ketemu, Insya Allah
tentu kita bisa memenuhi pada peribahasa pulang ke sejati, kembali ke
asal. Yaitu yang pulang ke sejati adalah Rasa Jasmani yang sekarang
dipakai, kembali lagi kepada rasa tadi, sewaktu masih berada di
Nurulloh (JOHAR AWAL), sedangkan yang kembali ke asal, yaitu
Jasmaniah berubah menjadi asalnya lagi, yaitu menjadi Nur Muhammad,
menjadi cahaya empat perkara lagi, cahaya merah, kuning, putih,
hitam, setiap-tiap yang bisa kembali ke asal, itulah yang namanya
sempurna, artinya habis bersih, habis rasanya, habis jasmaninya.
MULA-MULANYA
KALAU INGIN MENCARI TUHAN
Nabi
Muhammab S.A.W bersabda :”Man tholabal maolana bighoeri nafsihi
faqod dolla dolalan ba’da”.
Artinya
: “Barang
siapa manusia mencari Tuhan keluar dari pada dirinya sendiri, maka
sesungguhnya orang itu tersesat, karena didalam tekadnya merasa
sangat jauhnya dengan Allah Ta’ala”.
Padahal
ada dalilnya:
“Wanachnu
aqrobu ilaehi min hablil waried”
Artinya
:
“Aku
sudah tidak ada jaraknya lagi dengan kamu sekalian, walaupun
diumpamakan urat leher dengan leher kamu pribadi juga, masih lebih
dekat denganku “. Makanya manusia lebih dimulyakan oleh Allah
Ta’ala dibandingkan dengan makhluk yang lain, sesuai dengan
dalilnya yang berbunyi :
“Wa
laqod karomna Bani Adam”.
Artinya
: “Kami
sudah memuliakan sekali anak cucu Adam”.
Dan
ada lagi dalilnya yang berbunyi begini :
“Laqod
kholaqnal insanna fi ahsanitaquiim”
Artinya
: “Manusia
adalah yang paling bagus dan paling menakjubkan dari pada suatu
kejadian, diantara sesama makhluk Allah Ta’ala”.
Coba
saja kalau kamu sudah mengetahui keadaan yang ada di dalam dirimu
sendiri, tentu nanti akan terasa keajaiban-keajaiban yang ada di
dalam badan sendiri.
Ada
lagi hadis Nabi Muhammad yang mengatakan
“Man
‘arofa napsahu faqod ‘arofa robbahu “.
Artinya
: “Barang
siapa yang sudah mengetahui kepada dirinya sendiri, sudah tentu akan
mengetahui kepada Tuhannya”
“Wa
man ‘arofa robbahu faqod jahilan napsahu”
Artinya
: “Dan
barang siapa yang sudah mengetahui kepada Tuhannya, tentu akan merasa
bodoh dirinya, karena tentu dia dapat mengerti bahwa sijasad tidak
akan bisa bergerak, kalau tidak didayaupayakan oleh Tuhannya “.
Jelas
sekali bahwa jasad ini betapa bobroknya, makanya kalau kita mengaji,
jangan hanya mengaji kitab yang akan terkena rusak saja, tetapi harus
mengaji kitab yang kekal, sesuai kata hadisnya yang berbunyi begini :
“Iqro
kitabika kafa binafsika alyaoma alaika hasiba”
Artinya
: “Kamu
harus mengaji kitab yang kekal, yaitu mengaji kitab yang ada di dalam
dirimu sendiri”.
Cobalah
cari Qudrat-Iradatnya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, karena
Lebih
nyata kekuasaannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih
nyata kehendaknya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih
nyata ilmunya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih
nyata hidupnya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih
nyata penglihatannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih
nyata Pendengarannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, serta
Lebih
nyata pengucapannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, Karena ada
dalilnya yang berbunyi :
“Wa
huwa ma’akum ‘aenama kuntum”
Artinya
: “Allah
Ta’ala membarengi saja kepada semua umat-umatnya dimana saja kamu
berada, disitu aku berada”.
Tetapi
sesungguhnya dibarengi oleh Allah Ta’ala, yaitu dengan Qudrat dan
Iradatnya dan dengan ilmunya, kan jelas di dalam sifat dua puluh juga
saling merangkap :
Hayat
dan hayyun
Hayat
artinya hidup, hayyun artinya yang hidup
Sama’
dan sami’an
Bashar
artinya melihat, bashiran artinya yang melihat
Kalaam
dan Mutakaliman
Kalaam
artinya mengucap, mutakaliman artinya yang mengucap
Qudrat
dan Irodat
Qudrat
artinya kuasa, Irodat artinya kehendak
Apa
yang berkuasa di dalam diri kita ?
Tiada
lain selain dari pada Hidup, buktinya kita dapat bergerak,
Apa
yang berkehendak di dalam diri kita ?
Itulah Rasa,
buktinya :
Mata
bisa melihat
Telinga
bisa mendengar
Mulut
bisa mengucap (bicara)
Hidung
bisa mencium
Tuh
kan terbukti, jelas tidak berpisahnya, sekarang tinggal barangnya
saja, yang seperti apakah sifatnya Qudrat atau hidup itu, wajib
sekali diketemukannya, supaya dapat dimengerti dan terasa, jangan
hanya percaya menurut khabar saja, harus yakin oleh diri sendiri.
MENERANGKAN
ARTINYA IMAN DAN MA’RIFAT
Kalau Iman artinya Percaya.
Kalau Ma’rifat artinya mengetahui
Ternyata
berbeda antara Iman dan Ma’rifat, kalau begitu kita percaya adanya
Allah Ta’ala, harus dengan mengetahuinya (Ma’rifat), kalau tidak
dibarengi dengan aenal yaqin atau jelas, maka kalau begitu Imannya,
Iman Taqlid, bisa jadi mengaku percaya adanya Allah Ta’ala hanya
berdasarkan pendapat atau khabar dari orang lain saja, atau hanya
mendapat khabar dari kitab saja
Jadi
kalau demikian pahamnya hampir semua yang beriman kepada Allah, hanya
sebatas percaya kepada adanya Allah saja, dikarenakan ada bukti
ciptaannya Bumi dan Langit dengan segala isinya. Kalau
begitu jangankan orang yang menganut agama Islam, malah yang menganut
agama lain juga, sama-sama percaya kepada adanya Allah Ta’ala, apa
bedanya agama Islam dengan agama-agama lainnya ?
Apakah
dikarenakan agama islam ada rukunnya, yaitu shahadat, sholat, zakat,
puasa dan haji. Kan di dalam agama-agama lain juga sama-sama ada
shahadatnya, ada sholatnya, hanya mungkin berbeda di dalam tata cara
dan bahasanya saja maksudnya tentu sama, kan tadi dikatakan bahwa
agama Islam itu adalah yang paling tinggi derajatnya, dibandingkan
dengan agama-agama lain, karena ada dalilnya begini :
“Al
Insaanu Sirri Wa’ana Sirrahu”
Artinya
:”Rasa
Muhammad itu adalah Rasa Allah, Rasa Allah ya Rasa
Muhammad.
Tegasnya
adalah pengetahuan Muhammad ya pengetahuan
Allah, pengetahuan Allah yapengetahuan Muhammad apalagi
menurut hadis
“Illa
Haqq Illa Haqqin, Illa Haqqin Illa Haqq”
Artinya
:”Muhammad itu adalah haq Allah, Allah itu
adalah haq Muhammad.
Nah
begitulah makanya agama islam dikatakan sebagai agama yang paling
tinggi derajatnya, disebabkan karena paling dekat-dekatnya dengan
Allah, tidak akan ada Allah kalau tidak adaMuhammad, tidak
akan ada Muhammad kalau tidak ada Allah,
tegasnya tidak akan ada sifat kalau tidak ada Dat, tidak akan
ada Dat kalau tidak ada sifat, makanya Kang Jeng Rosululloh disebut
sebagaiPenghulunya Para Rosul dan disebut
sebagai induk dari pada sekalian roch, jadi agama
Islam makanya disebut paling tinggi derajatnya yaitu
disebabkan adanya Hak Ma’rifat Kepada Allah, kan terbukti
bahwa Rosululloh bisa melakukan Mi’raj malah sampai ke
sebelah sininya, Syech Syarief Hidayatulloh wali qutub
Cirebon, Mi’rajnya bisa ketemu dengan Hakekatnya Kang Jeng
Nabi Muhammad yaitu yang disebut Johar Awal, tegasnya sifat
Yang Maha Suci, menurut para Wali disebutnya Sejatining Hirup,
atau Sejatining Syahadat, yaitu berasalnya Dat dengan Sifatnya
Yang Maha Suci, jadi kita juga kalau bisa ketemu dengan Tarekatnya
Para Wali, Insya Allah bisa ketemu dengan Hakekatnya Rosululloh.
Setiap-tiap sudah bisa ketemu dengan Hakekatnya Rosululloh, barulah
kita diakui sebagai Umatnya, setiap-tiap sudah diakui
sebagai umatnya Rosululloh Insya Allah nanti akan dibawa kedalam
keselamatannya, yaitu kepada Kesucian. Kalau belum mengetahui
dibarengi yakinnya kepada Rosululloh, baik kepada Majajinya atau
kepada Hakekatnya tetap belum Syah kita mengaku sebagai umatnya
Rosululloh, karena didalam rukun syahnya membaca syahadat juga sudah
diterangkan didalam kitab :
1. Harus
menetapkan dahulu Datnya Allah Ta’ala
2. Harus
menetapkan dahulu sifatnya Allah Ta’ala
3. Harus
menetapkan dahulu Asmanya Allah Ta’ala
4. Harus
merasa jelas (kenal) dahulu kepada Rosululloh
Tuh
kan begitu caranya membaca Syahadat, harus kenal lebih dahulu kepada
Rosululloh, sebab bagaimana mau bisa menetapkan adanya Allah dan
Rosululloh, kalau belum mengetahui (Ma’rifat) kepada
sifat-sifatnya, sebab istilah menetapkan itu, harus kenal dahulu
kepada barang-barang yang akan ditetapkannya. Ternyata begitulah
membaca Syahadat, bukan hanya sekedar menyebut saja, karena kalau
hanya menyebut saja anak kecil juga sudah bisa, makanya wajib dengan
mengetahuinya, seumpama kita membaca program bioskop (Resensi Film)
yang sangat ramai, tetapi tidak dengan menonton filmnya, apakah akan
menjadikan kenikmatan bagi kita ?
Begitu
juga walaupun kita tidak membaca Resensinya, tetapi langsung menonton
filmnya didalam bioskop itu, manakah yang lebih utama ? Lebih utama
yang membaca Resensinya atau lebih utama yang menontonnya ?
Begitu
pula didalam perkara agama atau ilmu, yang membaca atau mendengarkan
kitab ini, jangan cepat-cepat tidak percaya, jangan cepat-cepat
menolak karena jaman kita sekarang ini, sudah sedemikian modernnya,
pikiran orang sudah meningkat, sudah sedemikian majunya sehingga
sudah tidak terlalu suka lagi dibohongi (dibodohi), orang didalam
jaman sekarang di segala bidang selalu ingin nyata, ingin terasa
yakin, ingatlah kepada peribahasa orang tua jaman dahulu “Batu
Turun Kesik (Pasir) Naik”, tidak menjadi halangan, sungguh
keagungan Allah Ta’ala, si orang tua menjadi bodoh si anak menjadi
pandai, dan harus ingat pula bahwa sesungguhnya Ilmu Rosululloh itu
ada empat pangkat yaitu :
1. Ilmu
Sareat
2. Ilmu
Hakekat
3. Ilmu
Tarekat
4. Ilmu
Ma’rifat
Pada
jaman sekarang Ilmu Ma’rifat itulah yang sedang diburu dan dicari
oleh semua umat islam, karena ingin merasa jelas kepada Allah dan
kepada Rosululloh, berhubung ada dalilnya :
“Wa’bud
robbaka hatta ya’ tiyakal yaqin”
Artinya
: ”Menyembah
kepada Allah Ta’ala harus dibarengi sampai dengan jelas dan yakin”.
Supaya
syah Datnya, syah sifatnya, syah Asmanya, syah af’alnya selama
mengembara di alam dunia, biar sampai terasa tidak berpisahnya dengan
Allah dan Rosululloh.Setiap-tiap sudah merasa tidak berpisahnya
dengan Allah dan Rosululloh siang maupun malam,barangkali saja kita
sudah tidak akan mempunyai lagi tekad yang buruk,maupun perbuatan
yang buruk ,misalnya seperti iri dengki,jahil aniaya terhadap sesama
manusia atau terhadap mahluk Allah,karena tentu akan merasa
malu,disebabkan selalu merasa diperhatikan terus oleh Allah
Ta'ala.Segala hal sudah tidak di rahasiakan lagi,dan segala perbuatan
apa saja sudah tidak disertai dengan ujub,ria,takabur atau
sombong,karena ternyata kita ini merasa tidak memiliki apa-apa,justru
hina dina,apes,bodoh dan lemah,bisa juga ada rejeki dapat mengerjakan
segala sesuatu bisa terlaksana ternyata dibarengi dengan pertolongan
Yang Maha Suci,yaitu dengan qudrat dan irodatnya Yang Maha Kuasa.Jadi
sekarang bisa kita simpulkan,bahwa setiap-tiap orang yang masih mau
melakukan iri dengki,jahil aniaya terhadap sesama mahluk Allah
Ta'ala,baik pada ustad /guru ngaji,pada santri atau kyainya
sekalipun,pertanda orang itu masih belum merasa dekatnya dengan Allah
dan Rosululloh,setiap-tiap belum merasa dekatnya dengan Allah,tentu
segala tekad dan perbuatannya,masih tetap didalam ujub ria takabur
atau sombong dan suka mengaku-aku paling pandai,orang lain
tidak,mengaku-aku paling benar,orang lain tidak,mengaku islam sendiri
orang lain tidak,jadi orang yang begitu sama saja dengan mengaku
mempunyai Qudrat dan Irodatnya sendiri,tidak mau menerima kepada
Qudrat dan Irodatnya Allah Ta'ala,sama saja dengan merebut dan merasa
memiliki pada kekuasaan Allah Ta'ala.Memang tidak mudah kita mengaku
islam,apalagi saling menuduh kepada orang lain,si ini islam si itu
kafir,karena sesungguhnya seseorang islam atau kafir,hanya Allah saja
yang mengetahui dan yg akan menetapkannya,begini keterangannya;
BAB
ISI
Bahwa
sesungguhnya islam itu adalah suci,bersih dari pada kotoran.Apakah yg
menjadikan kotor ? Tiada lain kecuali napsu,oleh karena itu siapakah
orangnya didunia ini yg tidak mempunyai napsu'Apalagi pada orang yg
berbuat maksiat,walaupun pada orang yg ahli agama juga,sama sama
ketetapan napsu,terlebih lagi pada orang yang sering melakukan iri
dengki,ujub ria takabur atau sombong jahil aniaya terhadap mahluk
Allah,walaupun hanya sekedar napsu ingin duniawiah juga,sdh kotor
saja.Begitulah keterangannya. Setegasnya bahwa islam itu tidak ada
dua,tidak ada tiga,justru hanya satu-satunya,malah yg itupun Go'ib
lagi sifatnya,karena sesungguhnya sifatnya islam itu adalah Nur,nah
itulah yg ketetapan napsu,sebab tadikan pada waktu kita masih berada
di alam Nur,tidak mempunyai napsu ingin apa apa,begitu juga yg
islamnya tidak ada dua atau tiga,karena hanya satu saja,yaitu Kang
Jeng Rosululloh.Ternyata manusia tdk kebagian pangkat islam,manusia
hanya sbg umat saja,namun yg sampai kpd pangkat umat jg hanya satu
diantara seribu,karena saking merasa sukarnya,sebab hrs mengetahui
dahulu kepada Rosullulloh dan mengerjakan segala
perintahnya,kebanyakan hanya mengaku saja,jangankan mengetahui kpd
Rosullulloh,kpd perintahnya juga banyak yg tdk mau
mengerjakan,padahal didalam rukun islam juga diwajibkan berjiarah ke
makam Rosululloh dan ke Baetulloh,yaitu keratonnya Allah Ta'ala ya
ada di dlm diri sendiri,sesuai dg dalilnya;'KULLU UMATIN WA RUSULIHI'
Artinya;'Pada setiap tiap umat sama sama ketetapan Rosullulloh,yaitu
artinya Rasa Allah' ,oleh sebab itu kita harus penasaran,wajib
mengetahuinya kpd Hakekatnya Rosullulloh yg ada di badan sendiri,drpd
kita berjiarah ke Mekkah atau ke Madinah tidak mampu,pdhl tadi sdh
dikatakan bahwa haji itu ada dua macam,yaitu Haja Majaji dan Haji
Hakekat'.Haji Majaji yaitu yg bisa melaksanakan pergi berjiarah lgsng
ke Mekkah[Baetulloh] dan ke Madinah.Sedangkan haji Hakekat yaitu yg
sdh mengetahui kepada Hakekatnya Baetulloh dan Rosululloh di dalam
diri sendiri.karena Rosululloh itu tidak wafat, kalau wafat alam
dunia ini juga tidak akan ada, karena telah terbukti bahwa Syech
Syarief Hidayatulloh bisa bertemu dengan hakekatnya Rosululloh
yaitu dengan jalan tarekat, jadi walaupun kita juga kalau ingin
menjadi umat Rosululloh harus bisa mengetahui kepada hakekatnya
Rosululloh yang disebut dengan johar awal, kita harus sampai ketemu
dangan Tarekat peninggalan (warisan ) para wali tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar