Rabu, 17 September 2014

MA'RIFATULLAH

 
WAJIB MA’RIFAT KEPADA ALLAH TA’ALA
Bahwa sesungguhnya ma’rifat kepada Allah Ta’ala hukumnya wajib bagi semua orang yang sudah Mukallap, tegasnya bagi semua orang yang sudah memasuki usia Aqil balig, wajib tidak boleh tidak, karena ada hadis nya kang jeng nabi Muhammad s.a.w yang berbunyi begini :
Awwalu dinni ma’rifatullohi ta’ala “.
Artinya : Awal-awalnya Agama itu, harus mengetahui lebih dahulu kepada Allah Ta’ala.
Sebab diharuskan mengetahui lebih dahulu itu, supaya di dalam pelaksanaan ibadah seseorang Akan diterima amal ibadahnya oleh Allah Ta’ala, ibadah itu harus dibarengi dengan ilmu.Kalau tidak dibarengi dengan ilmu hukumnya adalah batal, tegasnya tidak jadi. Setiap-tiap sesuatu yang tidak jadi, sudah tentu tidak akan ada manpaatnya untuk di Akherat kelak, hanya berguna di dunia saja. tetapi di dalam perkara ilmu, hati-hati jangan sampai keliru, sedangkan artinya ilmu itu adalah pengetahuan, namun bukan hanya harus mengetahui kepada syara’, yaitu tentang syahnya dan batalnya ibadah saja, tetapi harus dengan mengetahui ( Ma’rifat ) kepada Allah Ta’ala dan Rosululloh, sebab itu semuanya, jangan sampai tidak karuan ( sembarangan ) saja penempatannya. Perumpamaannya di dunia, amal ibadah itu sedang mengumpulkan perabotan rumah tangga, seperti meja, kursi, lemari dsb, sedangkan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala seumpama kita memiliki sebuah rumah yang besar dan megah, yaitu supaya barang-barang yang di dapat dengan susah tentu akan mudah rusak, dan tidak akan menjadikan kenikmatan. Apalagi kalau kita mempunyai tekad amal ibadah itu untuk bekal nanti keakherat, kalau begitu semakin wajib saja Ma’rifat kepada Allah Ta’ala sebab untuk tempat kembali ( pulang ).Kalau tidak diketahui dari sekarang, apakah kira-kira nanti akan sampai ke tempat asal kita tadi? Padahal di dalam sakaratul maut nanti, sudah tidak ada bahan pertanyaan lagi dan sudah tidak akan ada akalnya lagi, saking merasakan rasa sakitnya, sebab menurut hadis juga kalau sekarang kita selama di- dunianya buta, tegasnya tidak mengetahui kepada Allah dan Rasululloh, nantinya di akherat juga tetap saja buta.
Setiap-tiap kita dalam keadaan buta tegasnya merasa gelap diakherat kalau begitu hasil jerih payah kita selama di dunia,yang didapatnya dengan susah payah akan dibawa kemana?
Disebabkan tidak bisa sampai kepada Allah ke tempat asal kita semuanya tadi, boleh jadi hasil jerih payah atau hasil amal ibadah kita akan dibawa kesasar atau tersesat ke sana ke mari, kalau dibawa masuk kedalam sarang kaum siluman, hasil pendapatan kita akan dijadikan sebagai harta kekayaan di negaranya, dan kita sendiri akan dijadikan sebagai pembantunya. Oleh karena itu kita mumpung masih berada (hidup) di dunia, harus berikhtiar sedia payung sebelum hujan, tegasnya harus mau mendatangi ke alam kemudian, atau alam akherat, yaitu harus bisa mati sebelum mati, karena kalau tidak mati dahulu selagi hidup tentu tidak akan tahu kepada akherat. Karana kalau ingin tahu kepada akherat harus bisa mati dahulu, sesuai dengan dalilnya:
Antal Maotu qoblail maotu”
Jadi jelas akherat atau asal kita tadi, harus diketahui dan harus didatangi dari sekarang supaya nanti tidak akan tersesat lagi, mati sambil mendelik-delik, mencibir, dan melirik kesana kemari seperti orang mencari jalan.

JALAN-JALANNYA MA’RIFAT KEPADA ALLAH TA’ALA
Kalau jalan-jalannya Ma’rifat kepada Allah Ta’ala itu ada dua jalan, ada yang dari bawah ke atas dan ada yang dari atas ke bawah.
Kalau yang dari bawah ke atas, yaitu yang memasuki pesantren lebih dahulu, mengaji kitab Al Qur’an dan terus melaksanakan ibadahnya rukun yang lima perkara. Nah yang begitu adalah termasuk jalan ibadah Ma’rifat Kepada Allah Ta’ala, namun sayang kebanyakan tidak pernah sampai kepada Ma’rifatnya, disebabkan keburu betah, dan keburu enak pada Asma, tegasnya sudah keburu nikmat pada pal penunjuk, padahal kalau diteruskan Ma’rifatnya kepada Dat sifatnya Allah Ta’ala, masa iya tidak berlipat ganda kenikmatannya, karena nyata baru di Asma saja sudah sedemikian kenikmatannya.
Sedangkan kalau jalan yang dari atas ke bawah, yaitu yang memenuhi dalil tadi, Awwalu Dinni Ma’rifatullohi ta’ala, jalannya bukan hanya dari pada pesantren saja, tetapi harus mau melatih diri, yaitu harus dengan Tirakat dibarengi dengan Ikhtiar mencari tempat berguru, yaitu Guru Mursid, karena tidak akan mengerti kalau tanpa guru, oleh sebab itu manakah yang akan disusul (dikejar) oleh kita ? Tidak ada lain, kecuali dari pada Tarekatnya para Wali yang harus dikejar, sebab itulah yang bisa sampai Ma’rifat kepada Dat sifatnya Allah Ta’ala, yang disebut dengan Johar Awal, yaitu hakekatnya Muhammad, masa iya tidak ada berkah keramatnya untuk kita semuanya, sebab tadi juga, para Wali makanya sedemikian rajin dan gigihnya bertapa, tidak ada lain hanya untuk membela umat-umatnya Rasululloh supaya bisa kembali lagi kepada Allah Ta’ala. Oleh sebab itu marilah kita segera cari bersama-sama Tarekat para wali tersebut, sebab kalau tidak cepat-cepat ketemu Tarekat para Wali itu, tentu tidak akan dapat kembali lagi ke asal, pasti nyawa kita nanti akan bergentayangan nitis menitis, kembali lagi ke dunia kepada barang-barang yang akan terkena rusak, tidak akan bisa memenuhi dalil:
Inna lillahi wa inna ilaihi roojiun”
Artinya: Asal dari Allah, harus kembali lagi kepada Allah
Namun semuanya mungkin masih bingung, walaupun percaya juga, karena kita tidak merasa tadinya berangkat dari Allah, turunnya kealam dunia, tetapi dikarenakan ada dalilnya begitu, cepat-cepat saja kita mengaku berasal dari Allah, tetapi mengakunya cuma sebatas bahwa bibir saja, terpaksa mengakunya karena takut disebut kafir/kufur, karena tidak percaya kepada dalil, namun artinya tetap saja gelap tidak mengerti, disebabkan tidak terasa.
Oleh sebab itu saya akan memberi sedikit keterangan, supaya dapat terasa dan percaya, kita tadi asalnya dari ALLAH, beginilah keterangannya kita telusuri dahulu dari bawah ke atas, supaya dapat di mengerti oleh akal.
Mula-mula kita menerima berasal dari mana? Yang dapat dimengerti oleh umum, kita berasal dari IBU, terus telusuri lagi ke atasnya, kalau ibu kita berasal dari mana? Tentu saja ibu kita berasal dari NENEK, kalau nenek berasal dari mana? Tidak salah lagi Nenek keluar dari BUYUT, kalau buyut keluar dari mana? Buyut berasal dari
BAO (menurut istilah bahasa sunda). Kalau Bao berasal dari mana? Asalnya tentu dari JANGAWARENG, kalau jangawareng berasal dari mana? Tentu saja keluarnya dari UDEG-UDEG, kalau udeg-udeg berasal dari mana? Tentu keluar dari KAKAIT SIWUR, selanjutnya begitu saja, dari ibunya dan dari ibunya lagi, sampai kepada SITI HAWA, sedangkan Siti Hawa berasal dari mana? Siti Hawa berasal dari TULANG RUSUKNYA NABI ADAM, kalau Nabi Adam berasal dari mana? Diterangkan oleh Hadis bahwa Nabi Adam berasal dari pada SARI-SARI BUMI, API, AIR dan ANGIN, sedangkan Sari-Sari Bumi, Api, Air dan Angin berasal dari mana? Diterangkan pula oleh Hadits asalnya dari pada NUR MUHAMMAD, cahaya empat perkara.
1. Cahaya merah hakekatnya api
2. Cahaya kuning hakeketnya angin
3. Cahaya putih hakekatnya air
4. Cahaya hitam hakekatnya bumi
Kalau NUR MUHAMMAD berasal dari mana?
Itu juga diterangkan oleh Hadis, asalnya dari pada Nurnya Yang Maha Suci, yaitu yang disebut dengan JOHAR AWAL. Nah sampai di situ buntu, sebab sudah diterangkan oleh Hadis dan Al Qur’an, bahwa JOHAR AWAL itu adalah bibitnya atau cikal bakalnya tujuh lapis Bumi dan tujuh lapis Langit beserta seluruh isinya, jadi kalau begitu, bahwa tadi dikatakan berasal dari Allah itu, yaitu berasal dari sana, dari pada JOHAR AWAL itulah, sifatnya terang benderang yaitu bersatunya Dat dengan sifatnya Yang Maha Suci, barulah ada Asma Allah yaitu:
1. Cahaya Merah jadi Hakekat lapad……….Alip
2. Cahaya Kuning jadi Hakekatnya lapad…..Lam Awal
3. Cahaya Putih jadi Hakekat lapad…………Lam Akhir
4. Cahaya Hitam jadi Hakekat lapad………...He
5. JOHAR AWAL jadi Hakekat lapad………Tasjid
Begitulah keterangannya, jadi itu cahaya yang disebut di atas adalah yang disebut Ismudat, artinya Asmanya DAT LAESA KAMISLIHI, atau Asmanya yang Maha Suci, kalau menurut para ahli dzikir disebutnya Latifah, nah nantinya kita harus bisa kembali lagi ke sana, makanya wajib diketahui dari sekarang Tarekatnya yang dapat menghilangkan Hijab atau penghalang yang menggelapi kepada Dat Sifatnya Allah Ta’ala, harus sampai ketemu dengan Hakekatnya Tasjid Muhammad yang ada di dalam wujud pribadi, nah itulah kunci Muhammad yang dapat membongkar Hijabnya kepada Allah Ta’ala, kalau seumpama ketemu, Insya Allah tentu kita bisa memenuhi pada peribahasa pulang ke sejati, kembali ke asal. Yaitu yang pulang ke sejati adalah Rasa Jasmani yang sekarang dipakai, kembali lagi kepada rasa tadi, sewaktu masih berada di Nurulloh (JOHAR AWAL), sedangkan yang kembali ke asal, yaitu Jasmaniah berubah menjadi asalnya lagi, yaitu menjadi Nur Muhammad, menjadi cahaya empat perkara lagi, cahaya merah, kuning, putih, hitam, setiap-tiap yang bisa kembali ke asal, itulah yang namanya sempurna, artinya habis bersih, habis rasanya, habis jasmaninya.
MULA-MULANYA KALAU INGIN MENCARI TUHAN
Nabi Muhammab S.A.W bersabda :”Man tholabal maolana bighoeri nafsihi faqod dolla dolalan ba’da”.
Artinya : “Barang siapa manusia mencari Tuhan keluar dari pada dirinya sendiri, maka sesungguhnya orang itu tersesat, karena didalam tekadnya merasa sangat jauhnya dengan Allah Ta’ala”.
Padahal ada dalilnya:
Wanachnu aqrobu ilaehi min hablil waried”
Artinya :
Aku sudah tidak ada jaraknya lagi dengan kamu sekalian, walaupun diumpamakan urat leher dengan leher kamu pribadi juga, masih lebih dekat denganku “. Makanya manusia lebih dimulyakan oleh Allah Ta’ala dibandingkan dengan makhluk yang lain, sesuai dengan dalilnya yang berbunyi :
Wa laqod karomna Bani Adam”.
Artinya : “Kami sudah memuliakan sekali anak cucu Adam”.
Dan ada lagi dalilnya yang berbunyi begini :
Laqod kholaqnal insanna fi ahsanitaquiim”
Artinya : “Manusia adalah yang paling bagus dan paling menakjubkan dari pada suatu kejadian, diantara sesama makhluk Allah Ta’ala”.
Coba saja kalau kamu sudah mengetahui keadaan yang ada di dalam dirimu sendiri, tentu nanti akan terasa keajaiban-keajaiban yang ada di dalam badan sendiri.
Ada lagi hadis Nabi Muhammad yang mengatakan
Man ‘arofa napsahu faqod ‘arofa robbahu “.
Artinya : “Barang siapa yang sudah mengetahui kepada dirinya sendiri, sudah tentu akan mengetahui kepada Tuhannya”
Wa man ‘arofa robbahu faqod jahilan napsahu”
Artinya : “Dan barang siapa yang sudah mengetahui kepada Tuhannya, tentu akan merasa bodoh dirinya, karena tentu dia dapat mengerti bahwa sijasad tidak akan bisa bergerak, kalau tidak didayaupayakan oleh Tuhannya “.
Jelas sekali bahwa jasad ini betapa bobroknya, makanya kalau kita mengaji, jangan hanya mengaji kitab yang akan terkena rusak saja, tetapi harus mengaji kitab yang kekal, sesuai kata hadisnya yang berbunyi begini :
Iqro kitabika kafa binafsika alyaoma alaika hasiba”
Artinya : “Kamu harus mengaji kitab yang kekal, yaitu mengaji kitab yang ada di dalam dirimu sendiri”.
Cobalah cari Qudrat-Iradatnya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, karena
Lebih nyata kekuasaannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih nyata kehendaknya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih nyata ilmunya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih nyata hidupnya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih nyata penglihatannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih nyata Pendengarannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, serta
Lebih nyata pengucapannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, Karena ada dalilnya yang berbunyi :
Wa huwa ma’akum ‘aenama kuntum”
Artinya : “Allah Ta’ala membarengi saja kepada semua umat-umatnya dimana saja kamu berada, disitu aku berada”.
Tetapi sesungguhnya dibarengi oleh Allah Ta’ala, yaitu dengan Qudrat dan Iradatnya dan dengan ilmunya, kan jelas di dalam sifat dua puluh juga saling merangkap :
Hayat dan hayyun
Hayat artinya hidup, hayyun artinya yang hidup
Sama’ dan sami’an
Bashar artinya melihat, bashiran artinya yang melihat
Kalaam dan Mutakaliman
Kalaam artinya mengucap, mutakaliman artinya yang mengucap
Qudrat dan Irodat
Qudrat artinya kuasa, Irodat artinya kehendak
Apa yang berkuasa di dalam diri kita ?
Tiada lain selain dari pada Hidup, buktinya kita dapat bergerak,
Apa yang berkehendak di dalam diri kita ?
Itulah Rasa, buktinya :
Mata bisa melihat
Telinga bisa mendengar
Mulut bisa mengucap (bicara)
Hidung bisa mencium
Tuh kan terbukti, jelas tidak berpisahnya, sekarang tinggal barangnya saja, yang seperti apakah sifatnya Qudrat atau hidup itu, wajib sekali diketemukannya, supaya dapat dimengerti dan terasa, jangan hanya percaya menurut khabar saja, harus yakin oleh diri sendiri.
MENERANGKAN ARTINYA IMAN DAN MA’RIFAT
Kalau Iman artinya Percaya.
Kalau Ma’rifat artinya mengetahui
Ternyata berbeda antara Iman dan Ma’rifat, kalau begitu kita percaya adanya Allah Ta’ala, harus dengan mengetahuinya (Ma’rifat), kalau tidak dibarengi dengan aenal yaqin atau jelas, maka kalau begitu Imannya, Iman Taqlid, bisa jadi mengaku percaya adanya Allah Ta’ala hanya berdasarkan pendapat atau khabar dari orang lain saja, atau hanya mendapat khabar dari kitab saja
Jadi kalau demikian pahamnya hampir semua yang beriman kepada Allah, hanya sebatas percaya kepada adanya Allah saja, dikarenakan ada bukti ciptaannya Bumi dan Langit dengan segala isinya. Kalau begitu jangankan orang yang menganut agama Islam, malah yang menganut agama lain juga, sama-sama percaya kepada adanya Allah Ta’ala, apa bedanya agama Islam dengan agama-agama lainnya ?
Apakah dikarenakan agama islam ada rukunnya, yaitu shahadat, sholat, zakat, puasa dan haji. Kan di dalam agama-agama lain juga sama-sama ada shahadatnya, ada sholatnya, hanya mungkin berbeda di dalam tata cara dan bahasanya saja maksudnya tentu sama, kan tadi dikatakan bahwa agama Islam itu adalah yang paling tinggi derajatnya, dibandingkan dengan agama-agama lain, karena ada dalilnya begini :
Al Insaanu Sirri Wa’ana Sirrahu”
Artinya :”Rasa Muhammad itu adalah Rasa Allah, Rasa Allah ya Rasa Muhammad.
Tegasnya adalah pengetahuan Muhammad ya pengetahuan Allah, pengetahuan Allah yapengetahuan Muhammad apalagi menurut hadis
Illa Haqq Illa Haqqin, Illa Haqqin Illa Haqq”
Artinya :”Muhammad itu adalah haq Allah, Allah itu adalah haq Muhammad.
Nah begitulah makanya agama islam dikatakan sebagai agama yang paling tinggi derajatnya, disebabkan karena paling dekat-dekatnya dengan Allah, tidak akan ada Allah kalau tidak adaMuhammad, tidak akan ada Muhammad kalau tidak ada Allah, tegasnya tidak akan ada sifat kalau tidak ada Dat, tidak akan ada Dat kalau tidak ada sifat, makanya Kang Jeng Rosululloh disebut sebagaiPenghulunya Para Rosul dan disebut sebagai induk dari pada sekalian roch, jadi agama Islam makanya disebut paling tinggi derajatnya yaitu disebabkan adanya Hak Ma’rifat Kepada Allah, kan terbukti bahwa Rosululloh bisa melakukan Mi’raj malah sampai ke sebelah sininya, Syech Syarief Hidayatulloh wali qutub Cirebon, Mi’rajnya bisa ketemu dengan Hakekatnya Kang Jeng Nabi Muhammad yaitu yang disebut Johar Awal, tegasnya sifat Yang Maha Suci, menurut para Wali disebutnya Sejatining Hirup, atau Sejatining Syahadat, yaitu berasalnya Dat dengan Sifatnya Yang Maha Suci, jadi kita juga kalau bisa ketemu dengan Tarekatnya Para Wali, Insya Allah bisa ketemu dengan Hakekatnya Rosululloh. Setiap-tiap sudah bisa ketemu dengan Hakekatnya Rosululloh, barulah kita diakui sebagai Umatnya, setiap-tiap sudah diakui sebagai umatnya Rosululloh Insya Allah nanti akan dibawa kedalam keselamatannya, yaitu kepada Kesucian. Kalau belum mengetahui dibarengi yakinnya kepada Rosululloh, baik kepada Majajinya atau kepada Hakekatnya tetap belum Syah kita mengaku sebagai umatnya Rosululloh, karena didalam rukun syahnya membaca syahadat juga sudah diterangkan didalam kitab :
1. Harus menetapkan dahulu Datnya Allah Ta’ala
2. Harus menetapkan dahulu sifatnya Allah Ta’ala
3. Harus menetapkan dahulu Asmanya Allah Ta’ala
4. Harus merasa jelas (kenal) dahulu kepada Rosululloh
Tuh kan begitu caranya membaca Syahadat, harus kenal lebih dahulu kepada Rosululloh, sebab bagaimana mau bisa menetapkan adanya Allah dan Rosululloh, kalau belum mengetahui (Ma’rifat) kepada sifat-sifatnya, sebab istilah menetapkan itu, harus kenal dahulu kepada barang-barang yang akan ditetapkannya. Ternyata begitulah membaca Syahadat, bukan hanya sekedar menyebut saja, karena kalau hanya menyebut saja anak kecil juga sudah bisa, makanya wajib dengan mengetahuinya, seumpama kita membaca program bioskop (Resensi Film) yang sangat ramai, tetapi tidak dengan menonton filmnya, apakah akan menjadikan kenikmatan bagi kita ?
Begitu juga walaupun kita tidak membaca Resensinya, tetapi langsung menonton filmnya didalam bioskop itu, manakah yang lebih utama ? Lebih utama yang membaca Resensinya atau lebih utama yang menontonnya ?
Begitu pula didalam perkara agama atau ilmu, yang membaca atau mendengarkan kitab ini, jangan cepat-cepat tidak percaya, jangan cepat-cepat menolak karena jaman kita sekarang ini, sudah sedemikian modernnya, pikiran orang sudah meningkat, sudah sedemikian majunya sehingga sudah tidak terlalu suka lagi dibohongi (dibodohi), orang didalam jaman sekarang di segala bidang selalu ingin nyata, ingin terasa yakin, ingatlah kepada peribahasa orang tua jaman dahulu “Batu Turun Kesik (Pasir) Naik”, tidak menjadi halangan, sungguh keagungan Allah Ta’ala, si orang tua menjadi bodoh si anak menjadi pandai, dan harus ingat pula bahwa sesungguhnya Ilmu Rosululloh itu ada empat pangkat yaitu :
1. Ilmu Sareat
2. Ilmu Hakekat
3. Ilmu Tarekat
4. Ilmu Ma’rifat
Pada jaman sekarang Ilmu Ma’rifat itulah yang sedang diburu dan dicari oleh semua umat islam, karena ingin merasa jelas kepada Allah dan kepada Rosululloh, berhubung ada dalilnya :
Wa’bud robbaka hatta ya’ tiyakal yaqin”
Artinya : ”Menyembah kepada Allah Ta’ala harus dibarengi sampai dengan jelas dan yakin”.
Supaya syah Datnya, syah sifatnya, syah Asmanya, syah af’alnya selama mengembara di alam dunia, biar sampai terasa tidak berpisahnya dengan Allah dan Rosululloh.Setiap-tiap sudah merasa tidak berpisahnya dengan Allah dan Rosululloh siang maupun malam,barangkali saja kita sudah tidak akan mempunyai lagi tekad yang buruk,maupun perbuatan yang buruk ,misalnya seperti iri dengki,jahil aniaya terhadap sesama manusia atau terhadap mahluk Allah,karena tentu akan merasa malu,disebabkan selalu merasa diperhatikan terus oleh Allah Ta'ala.Segala hal sudah tidak di rahasiakan lagi,dan segala perbuatan apa saja sudah tidak disertai dengan ujub,ria,takabur atau sombong,karena ternyata kita ini merasa tidak memiliki apa-apa,justru hina dina,apes,bodoh dan lemah,bisa juga ada rejeki dapat mengerjakan segala sesuatu bisa terlaksana ternyata dibarengi dengan pertolongan Yang Maha Suci,yaitu dengan qudrat dan irodatnya Yang Maha Kuasa.Jadi sekarang bisa kita simpulkan,bahwa setiap-tiap orang yang masih mau melakukan iri dengki,jahil aniaya terhadap sesama mahluk Allah Ta'ala,baik pada ustad /guru ngaji,pada santri atau kyainya sekalipun,pertanda orang itu masih belum merasa dekatnya dengan Allah dan Rosululloh,setiap-tiap belum merasa dekatnya dengan Allah,tentu segala tekad dan perbuatannya,masih tetap didalam ujub ria takabur atau sombong dan suka mengaku-aku paling pandai,orang lain tidak,mengaku-aku paling benar,orang lain tidak,mengaku islam sendiri orang lain tidak,jadi orang yang begitu sama saja dengan mengaku mempunyai Qudrat dan Irodatnya sendiri,tidak mau menerima kepada Qudrat dan Irodatnya Allah Ta'ala,sama saja dengan merebut dan merasa memiliki pada kekuasaan Allah Ta'ala.Memang tidak mudah kita mengaku islam,apalagi saling menuduh kepada orang lain,si ini islam si itu kafir,karena sesungguhnya seseorang islam atau kafir,hanya Allah saja yang mengetahui dan yg akan menetapkannya,begini keterangannya;

BAB ISI
Bahwa sesungguhnya islam itu adalah suci,bersih dari pada kotoran.Apakah yg menjadikan kotor ? Tiada lain kecuali napsu,oleh karena itu siapakah orangnya didunia ini yg tidak mempunyai napsu'Apalagi pada orang yg berbuat maksiat,walaupun pada orang yg ahli agama juga,sama sama ketetapan napsu,terlebih lagi pada orang yang sering melakukan iri dengki,ujub ria takabur atau sombong jahil aniaya terhadap mahluk Allah,walaupun hanya sekedar napsu ingin duniawiah juga,sdh kotor saja.Begitulah keterangannya. Setegasnya bahwa islam itu tidak ada dua,tidak ada tiga,justru hanya satu-satunya,malah yg itupun Go'ib lagi sifatnya,karena sesungguhnya sifatnya islam itu adalah Nur,nah itulah yg ketetapan napsu,sebab tadikan pada waktu kita masih berada di alam Nur,tidak mempunyai napsu ingin apa apa,begitu juga yg islamnya tidak ada dua atau tiga,karena hanya satu saja,yaitu Kang Jeng Rosululloh.Ternyata manusia tdk kebagian pangkat islam,manusia hanya sbg umat saja,namun yg sampai kpd pangkat umat jg hanya satu diantara seribu,karena saking merasa sukarnya,sebab hrs mengetahui dahulu kepada Rosullulloh dan mengerjakan segala perintahnya,kebanyakan hanya mengaku saja,jangankan mengetahui kpd Rosullulloh,kpd perintahnya juga banyak yg tdk mau mengerjakan,padahal didalam rukun islam juga diwajibkan berjiarah ke makam Rosululloh dan ke Baetulloh,yaitu keratonnya Allah Ta'ala ya ada di dlm diri sendiri,sesuai dg dalilnya;'KULLU UMATIN WA RUSULIHI' Artinya;'Pada setiap tiap umat sama sama ketetapan Rosullulloh,yaitu artinya Rasa Allah' ,oleh sebab itu kita harus penasaran,wajib mengetahuinya kpd Hakekatnya Rosullulloh yg ada di badan sendiri,drpd kita berjiarah ke Mekkah atau ke Madinah tidak mampu,pdhl tadi sdh dikatakan bahwa haji itu ada dua macam,yaitu Haja Majaji dan Haji Hakekat'.Haji Majaji yaitu yg bisa melaksanakan pergi berjiarah lgsng ke Mekkah[Baetulloh] dan ke Madinah.Sedangkan haji Hakekat yaitu yg sdh mengetahui kepada Hakekatnya Baetulloh dan Rosululloh di dalam diri sendiri.karena Rosululloh itu tidak wafat, kalau wafat alam dunia ini juga tidak akan ada, karena telah terbukti bahwa Syech Syarief Hidayatulloh bisa bertemu dengan hakekatnya Rosululloh yaitu dengan jalan tarekat, jadi walaupun kita juga kalau ingin menjadi umat Rosululloh harus bisa mengetahui kepada hakekatnya Rosululloh yang disebut dengan johar awal, kita harus sampai ketemu dangan Tarekat peninggalan (warisan ) para wali tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar