Kamis, 18 September 2014

ASALMULA KELAHIRAN ILMU

Bahasa Rijal, artinya yaitu pemimpin, yang pertama Rijalul alam yang kedua Rijalullah, keduanya adalah pemimpin dengan pangkat yang sama, hanya saja Rijalul alam mempunyai Ilmu Dhohir, ilmu yang instan ilmu dewa/jinn, Rijalul alam adalah gelar Sayid Anwar, inilah yang menurunkan para jinn dahulu, sampailah ke jaman sekarang turun-temurun, pegangannya adalah Ilmu Istidraj, keinginannya suka makbul, yang sakit bisa mendadak sembuh, sebab Ilmu Istijrad, apa saja yang di inginkan bisa jadi makbul, untuk urusan hal dhohir.

Sekarang sudah turun temurun, manusia sekarang sudah bercampur menjadi satu, Ilmunya juga pasti, sebab sudah terlalu banyak yang mempunyai ilmu, santet, dukun dll mengadakan persahabatan dengan jinn, mengaku Ilmu Ma'rifat, Agama Islam Sejati/Ruh Samawi, karena setiap yang diminta oleh tekad hati suka di kabul, contohnya : sekali tepuk bisa langsung ngantuk, terus mimpi bertemu dengan keturunan yang sudah meninggal, tapi yang masih ada, yang belum sempurna jiwanya

, yang masih ada di Alam Dunia, sedangkan yang sempurna jiwanya, tidak akan bisa ditemui.

Rijalullah adalah pemimpin, yaitudari Sayidina Anwas, yang menurunkan turunan Rasul yang lahir ke Alam Dunia, begitu juga Rukun Agama yaitu Syariat, Tharekat, Hakikat, dan Ma'rifat sampai hari

akhir turunannya semakin banyak, Agamapun begitu, pegangan Agama Islam, saksinya adalah Al-Qur'an dan Hadist, perintah Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam yaitu Rukun Islam, Rukun Iman.

Sejarah Sayid Anwas dan Anwar adalah satu bapak tapi tidak satu ibu, nama bapaknya adalah Nabi Syis alaihissalam, anak keturunan yang ke 100 dari Nabi Adam alaihissalam, hanya satu yang dijadikan Nabi, yaitu Nabi Syis tadi, diceritakan bahwa Nabi Syis sudah mempunyai istri yaitu Dewi Mulat, istri Nabi Syis alaihissalam ini sedang hamil dengan usia kandungan sudah 3 bulan, adalah salah satu putri yang berada di dasar laut, namanya Dewi Jelajah, yaitu anak Azazil/ Idajil Rajanya Iblis.

Azazil/Idajil la'natullah, yang dibenci sifatnya oleh Allah asalnya adalah penghulu Malaikat, maka diceritakan, pada suatu hari Dewi Jelajah bertemu dengan Nabi Syis, yang sedang jalan-jalan dengan istrinya di tepi pantai. Dewi Jelajah kemudian tertarik ketika melihat Nabi yang saking rupawan, cahayanya memancar,

[tertarik karena kemuliaan Nabi Adam alaihissalam] Dewi Jelajah sudah tidak tahan untuk membuat tipu daya, maka dalam sekejap Dewi Mulat disamber dengan cepat sampai tidak terihat, lalu diberikan kepada Bapaknya,

kemudian di sihir, yang mengakibatkan Dewi Mulat menjadi tidak ingat, seperti yang tertidur nyenyak, Dewi Jelajah akhirnya berganti wujud, sehingga menyerupai Dewi Mulat, Nabi Syis tidak tahu ada yang sedang menyamar sebagai istrinya, setelah lelah jalan-jalan, maka merekapun pulang ke rumah, singkat cerita, kemudian Dewi Jelajah hamil, dan ingin pulang, maka sewaktu Nabi Syis

sedang tidur nyenyak, ditinggalkanlah oleh Dewi Jelajah dan

kembali lagi kepada Iblis, langsung saja Iblis pergi membawa Dewi Mulat yang di sihir, untuk dikembalikan ke tempat tidur, di samping Nabi Syis.



Keduanya tidak merasakan, di tipu daya oleh Iblis, akhirnya

Dewi Mulat sudah waktunya melahirkan, seorang anak laki-laki lahir, dengan bercahaya, rupawan tiada bandingannya, yang bakal menurunkan para Nabi, para Wali Mu'min dengan nama Sayid Anwas.

Diceritakan Dewi Jelajah istri yang palsu tadi, akhirnya melahirkan juga, anaknya laki-laki dengan nama Sayid Anwar, setelah berumur 10 tahun, dia bertanya mengenai bapaknya, akhirnya ibunya berterus terang kepada putranya bahwa tidak lama lagi kamu akan bertemu, ibunya berkata, “ Bapakmu adalah Nabi Syis putra Nabi Adam alaihissalam, setelah mendengar penjelasan ibunya, kemudian Sayid Anwar terus pamitan, hendak menyusul bapaknya, ingin meminta pengakuan, bahwa dia anaknya dari Nabi Syis, tidak lama kemudian bertemulah dengan Bapaknya yaitu Nabi Syis, pastilah di waktu itu Sayid Anwar tidak akan diakui anak oleh Nabi Syis, sampai akhirnya turun wahyu, yang menyatakan bahwa itu memang benar anaknya Nabi Syis dari Dewi Jelajah, yang bakal menurunkan Jinn, yang tidak akan tunduk kepada Agama Allah, tekadnya ingin menjadi pemimpin, seumur hidup tidak mau mati, selama masih ada dunia, sebelum

musnah bumi dan langit.

Dan ini Sayid Anwas, anakmu yang akan menjadi cikal bakal, sudah pasti yang bakal menurunkan Rasul, menurunkan para Anbiya, yaitu para Nabi dan Wali Rasul juga para Mu'min semuanya, yang ikut Agama AKU

Itulah sejarahnya, Sayid Anwas dan Sayid Anwar tadi, sebabnya begitu, sekarang sudah akhir jaman, sudah saling-silang, turunannya bertemu, turunan Anwas dan Anwar, sudah bergulung menjadi satu. Sudah banyak manusia Jinn, wujud manusia tapi isinya adalah Dewa dan Jinn, blaster dari Bapaknya Jinn dan Ibunya manusia.

Darah keturunan sudah banyak yang tercemar, sejak dari jaman Nabi Adam alaihissalam, putranya Habil dan Qobil. pembunuhan manusia pertama kali di muka bumi, hingga akhir jaman sekarang, Iblis keluar masuk melalui peredaran darah, sehingga membuat seorang ibu tega membunuh anaknya, seorang anak tega membunuh ibunya, begitupun ilmu sudah banyak tercemar.

Ilmu ladunni adalah ilmu yang diberikan Allah melalui pengamalan butuh waktu dan proses, bukan ilmu instan. Ladunni [shalat] adalah ladun qolbin salim, hati yang selamat, ilmu yang selamat dari pengaruh Iblis, Jinn, Syaitan dan Idajil, ilmu itu suci, ilmu itu terang, ilmu itu ma'sum dan akan datang menerangi kepada hati yang bersih.

Agama di akhir jaman ini menjadi tercemar, buktinya banyak yang meniru-niru seperti Islam, pake dalil, ada tharekatnya, meniru-niru tharekatnya para Wali, dipake kedoknya untuk menutupi, padahal ilmu sihir, ilmu pelet, ilmu pesugihan, ilmu perdukunan dan sejenisnya, dirinya tidak merasakan darahnya sudah di kuasai, hatinya sudah dikapling Jinn, ngakunya Ilmu Baathin, tapi buktinya ilmu dhohir, buktinya diperlihatkan di dhohir, Istijradnya ilmu jinn, asal percaya dengan hati, segalanya di ijabah,

tidak bisa membedakan [sirr] mana yang datangnya HAQ dan mana yang BATHIL.

Satu kebenaran akan dipoles menjadi 100 kepalsuan, seperti semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di kegelapan malam di dalam gua yang gelap. Sifat Jinn adalah paling licik, sifat syaitan adalah paling pinter berdusta, sifat Iblis adalah paling sombong.

Seolah-olah mengajak ke Surga, padahal sedang di giring ke Neraka
Dunia semakin indah dan menarik, membuat manusia semakin lupa diri, tersihir oleh kemegahan duniawi, martabat benda yang kelak akan musnah, segala cara dihalalkan karena ingin cepat kaya, ingin kekuasaan, ingin jabatan, harta menjadi ukuran dll, selembar nyawa dipertaruhkan hanya untuk kepentingan hawa nafsu, iblis tidak akan pernah lelah untuk menggoda manusia, dari depan dan belakang, dari kiri dan kanan, dari atas dan bawah, salah tekad di dunia, sengsara di akhirat.


Selama 70.000 tahun Iblis menjadi ahli ibadah, menjadi penjaga Surga ribuan tahun, hingga akhirnya menjadi penggoda sampai kiamat, untuk membawa umat manusia sebanyak-banyaknya masuk ke dalam Neraka.

Adalah Jauhar Firid namanya, disebut cahaya dunia, bagian para dewa atau ilmu dewa. Untuk jinn cahayanya terbuat dari Api yang bersih, dari Raja Jann, rajanya para Jinn. Dewa itu jasadnya badan cahaya, di sejarahnya, matinya para dewa tidak terus ka Akhirat, tetapi masuknya ke Sawarga Loka. Ilmu Jinn pun begitu, matinya mampir dulu ke kerajaan Jinn, karena

percaya dengan batu cincin [rumah jin] keris, sesajen, benda pusaka, kembang, kemenyan, benda bertuah, azimat, pesugihan, pesta laut, amalan junub dll [Itiqod/tekad berubah] mempercayai adanya suatu kekuatan selain Allah.

Ilmu dhohir untuk dhohir, untuk mengantar hawa nafsu, sedangkan baathin khusus untuk baathin, sifat Rijalul 'alam adalah ujub, riya, takabur, mengaku Ilmunya paling sakti, di akhir jaman ini banyak tekad yang sudah berubah, keluar dari patokan kebenaran Islam, Al-Qur'an dan Hadist, Imam Mazhab, Ijma Ulama, Qiyas , dalil Aqli dan Naqli.

Jika sudah keluar dari patokan Islam, tidak ada sama sekali sucinya,

AGAMA adalah SUCI

Al-QUR'AN adalah SUCIÂ

SHALAT adalah SUCI

RUH SHALAT adalah SUCI

tekad yang dilarang dalam Islam adalah ujub, riya, takabur, menghina ke sesama manusia.

Manusia tidak mempunyai kekuasaan apa-apa, tidak tahu apa-apa, bodoh, lahir ke dunia dalam keadaan tidak punya apa-apa,

tidak punya kepandaian dan kecerdasan, bahkan harta, jadi jika mempunyai sifat ujub, riya, takabur, perlahan tapi pasti, akan mengaku jadi Allah seperti halnya Fir'aun, yang begitu bukan sifat manusia, tapi sifat iblis yang dicontoh, berani menyerupai Allah Yang Maha Kuasa, mungpung masih di dunia, sebab nanti di hari akhir atau kiamat, sudah di patok oleh Allah bakal langgeng di Neraka Jahanam, berikut manusia yang waktu di dunia mengikuti sifat Iblis, berbuat syirik kepada Allah

dan tidak menurut kepada perintahnya Rasulullah utusan Allah.

Rabu, 17 September 2014

MANTAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN RI




JAUHAR AWWAL RASULULLAH

JAUHAR AWWAL RASULULLAH

JAUHAR AWWAL RASULULLAH

SIFAT RASA RASULULLAH = SIFAT RASA ALLAH

AL INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU
Manusia itu rahasia-Ku dan Aku-lah rahasianya.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda:
" Ya Allah

Engkaulah YANG MAHA DHAAHIR sehingga tiada sesuatupun yang LEBIH TINGGI daripada-MU

Engkaulah YANG MAHA BAATHIN sehingga tiada sesuatupun yang LEBIH DEKAT daripada-MU

Engkaulah YANG MAHA AWWAL sehingga tiada sesuatupun yang LEBIH DAHULU daripada-Mu

Dan Engkaulah YANG MAHA AKHIR sehingga tiada sesuatupun yangLEBIH LAMA daripada-Mu

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Allah berkehendak [untuk menciptakan] sesuatu, maka [cukuplah] Allah hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia [Al-Baqarah:117]

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah,

lmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu [Ath-Thalaaq:12]

"Allah [Pemberi] cahaya [kepada] langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca

[dan] kaca itu seakan-akan bintang

[yang bercahaya] seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya,

[yaitu]

pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat

, yang minyaknya [saja] hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya

[berlapis-lapis]

Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu

." [An-Nuur:35]
"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak

[pula] di atasnya [lagi] awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya,

[dan]barangsiapa yang tiada diberi cahaya

[petunjuk] oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun
" [An-Nuur:40]

"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah

[tempat-tempat] bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan

[waktu]. Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda

[kebesaran-Nya

] kepada orang-orang yang mengetahui" [Yunus:5]

DZAT adalah Nurrullah, SIFAT Laisa kamishlihi syaiun yaitu Jauhar Awwal Rasulullah

bibitnya tujuh lapis bumi, tujuh lapis langit berikut segala isinya.

JAUHAR AWWAL RASULULLAH adalah;

RUH ILMU RASULULLAH [Hakikat Muhammad]

Cahayanya empat ;

MERAH-KUNING-PUTIH-HITAM.

Ke empat cahaya itu disebut ;

NUR ILMU RASULULLAH [Nur Muhammad]

Jauhar Awwal adalah Ruh Ilmu Rasulullah

Jauhar Latif adalah cahaya halus di jagat Shagir

Jauhar Firid adalah cahaya matahari di jagat Kabir

JAGAT SHAGIR JAGAT KABIR

Jagat ada dua rupa, yaitu Jagat Shagir dan Jagat Kabir, Jagat Shagir adalah wujud manusia, Kabir yaitu Alam Dhohir, keadaannya begitu, tidak ada beda sudah tentu sama. di Alam Dunia, isinya sudah pasti, ada siang dan malam, di diri manusia juga bukti, ada tidur dan melek, melek perbandingannya siang, tidur perbandingannya malam.

7 hari di diri manusia adalah, nyatanya ada dua lubang hidung, dua mata, dua telinga, dan yang ke tujuh adalah mulut, lima yang terlihat, isinya yang tujuh :

1. Pendengaran / Telinga

2. Penglihatan / Mata

3. Ucapan / Mulut

4. Penciuman / Hidung

5. Rasa

Bulan ada dua belas, di Alam Dhohir, nyatanya di diri manusia sendi tangan (sendi bahu, sendi sikut dan sendi pergelangan tangan) yang dua di jumlah ada 6 tambah dengan kaki juga 6 jadi 12

Satu bulan 30 hari, di dalam diri, nyatanya sendi pergelangan tangan dan sendi yang lembut di jari ada 30, di dua tangan dan jari kaki. Sama saja 30, nyatanya ada siang dan malam, tangan bagian siang, kaki bagian malam, jadi dalam sebulan, ada 30 hari. Siangnya juga begitu 30 hari,

Tahun semuanya ada delapan sewindu, nyatanya di badan manusia dari sendi bahu sampai sendi sikut = 1 dan dari sendi sikut sampai pergelangan tangan = 1 di jumlah jadi 2, kiri dan kanan di jumlah jadi 4, ditambah 2 betis 2 paha, jadi 4, total jadi 8, artinya nama sewindu, windu adalah, berdirinya diri manusia, tidak kurang tidak lebih, anggota badan manusia, tidak ada kekurangan, nyata semua di diri manusia, keadaan Alam dunia, sudah kumpul di Jagat Shagir.

Di Alam Dunia, ada Matahari dan Bulan, Bintang-bintang , ada hawa, hawa panas dan hawa dingin. Hawa angin, bumi nyatanya di badan manusia ada empat nafsu manusia. Amarah, Lawamah, Sawiah, Muthmainah, kenyataan di badan.

Matahari dan Bulan nyatanya di diri manusia, adalah adanya hidup, tidak bisa nyata dan dibuktikan di badan manusia, sebab ghaib, ingin nyata harus melalui Tharekat. Untuk menyatakan SIFAT HIDUP TIDAK BISA DILIHAT DENGAN MATA KEPALA, TETAPI HANYA BISA DILIHAT DENGAN MATA BAATHIN YANG BERSIH, mata kepala untuk melihat Jauhar Firid, terangnya dunia oleh Matahari.

Manfaat Bulan, Bintang dan Matahari adalah yang menguatkan Alam Dunia, yang menghidupkan isi bumi, tumbuhan dll Jika tidak ada Matahari, hawa bumi, angin, air, api tidak akan bisa bergerak / jalan, tumbuhan tidak akan jadi, tidak akan ada hasilnya dunia ini, manusia juga mati, tidak akan ada kehidupan, jadi hidupnya Jagat Kabir, karena adanya Bintang, Bulan, Matahari.

Begitu juga di badan manusia yaitu Jagat Shagir. Matahari di wujud manusia adalah Jauhar Latif, cahaya yang halus, tidak bisa terlihat oleh mata kepala, tapi wajib harus ketemu di Dunia, jika tidak ketemu di Dunia, di Akhirat pasti gelap, gelap berarti Neraka pasti jadi pengap, di dunia juga sudah bukti, betah karena adanya terang, pengap karena permasalah dunia, jika cahaya yang langgeng tidak di cari, bagaimana mau ni’mat? Baathin kekal dalam kegelapan, sudah tidak ada tempat untuk bertanya, sudah bukan tempat mencari ilmu, bukan lagi di tempat ibadah, Baathin hanya untuk menerima siksaan atau menerima Rahmat dan Ridho-Nya.

Semua ciptaan-Nya tidak terlepas dari satu cahaya

Perjalanan Alam semesta ini adalah perjalanan
Allah-Muhammad-Adam.



BENDA RASULULLAH CAHAYA EMPAT disebutnya HAKIKAT ADAM, barang ghoib yang disebut ISMUDZAT, bibit

alam dhohir atau Asma Yang Maha Suci.

Cahaya yang empat tadi menjadi lafadz ;

ALIF - LAM - LAM - HA [ALLAH] tidak salah lagi, tadinya juga Asma Allah menjadi hakikat ;

MIM AWAL - HA - MIM AKHIR - DAL [MUHAMMAD]


DZAT dan SIFAT adalah pasti, tidak akan ada SIFAT, jika tidak ada DZAT, begitupun sebaliknya.

Syahadatnya DZAT dan SIFAT disebut Syahadat Sejati

ASHHADU ALLA ILAHA ILLALLAH

WA ASHHADU ANNA MUHAMMADUR RASULULLAH

Hakikat : LA ILAHA ILLALLAH

Syariat : MUHAMMADUR RASULULLAH

Bertemunya ASHHADU = Allah dan

WA ASHHADU = Diri Manusia [Ghoib]

menjadi ;

WUJUD SHALAT, RUPA AMAL >>> RUH SUCI

JAUHAR AWWAL RASULULLAH

menjadi hakikat :

TASJID [Syahadat : PERKATAAN, ITIQOD, PRILAKU]

Suatu bukti bahwa kebenaran Al-Qur'an adalah Shalat dan yang pertama kali diciptakan Allah adalah Nur Shalat.

AF'AL Allah adalah bukti adanya hidup dan kehidupan dunia, ada ciptaan-Nya. Alam Semesta = Dalil, bibitnya dari cahaya yang empat rupa, ke-lima adalah cahaya pasti yaitu;

RUH ILMU RASULULLAH [Jauhar Awwal Rasulullah]

- CAHAYA MERAH = NARUN

menjadi hakikat :

DZAT > ALIF = JABBARULLAH > MIM AWAL

MERAH unsur API

NAFSU AMARAH berdomisili pada TELINGA.

Simbol hurufnya adalah ALIF, dalam pelaksanaan Shalat adalah berdiri ketika TAKBIRATUL IKHRAM.

- CAHAYA KUNING = HAWAUN

menjadi hakikat :

SIFAT > LAM AWAL = JABBAR QOHAR > HA

KUNING unsur ANGIN. N [nitrogen]

NAFSU SUFIAH berdomisili pada MATA.

Simbol hurufnya LAM AWAL pada gerakan shalat adalah gerakan RUKU'.

- CAHAYA PUTIH = MAUN

menjadi hakikat :



PUTIH unsur AIR. H [hydrogen]

NAFSU LAWAMMAH berdomisili pada LIDAH.

Simbol hurufnya LAM AKHIR pada gerakan shalat adalah SUJUD.

- CAHAYA HITAM = TUROBUN

menjadi hakikat :

AF'AL > HA = WAHIDUL WAHID > DAL

HITAM unsur BUMI. Zat arang atau carbon [C]

NAFSU MUTHMAINAH berdomisili pada HATI.

Simbol hurufnya HA pada gerakan shalat adalah sikap ATTAHIYAT.

MUHAMMAD AF'AL :

MIM AWAL lafadz Muhammad menjadi KEPALA Adam

HA lafadz Muhammad menjadi DADA Adam

MIM AKHIR lafadz Muhammad menjadi PUSAR Adam

DAL lafadz Muhammad menjadi KAKI Adam

HAKIKAT ADAM :

Saripati RUH BUMI menjadi KULIT BULU Adam

Saripati RUH API menjadi DARAH DAGING Adam

Saripati RUH AIR menjadi URAT TULANG Adam

Saripati RUH ANGIN menjadi OTOT SUMSUM Adam

AF'ALULLAH adalah geraknya diri, Asma Allah yang nyata di badan

KULIT, DAGING, TULANG, SUMSUM, dari empat menjadikan “senjatanya:

DZATULLAH adalah SIFAT PERKATAAN, perkataanlahyang menjadikan keramaian Alam Dunia, jika tidak ada kata, tidak akan ada kemauan manusia, tidak akan ada gedung-gedung, mobil dll.

SIFATULLAH adalah SIFAT PENGLIHATAN, yang memberi tahu kepada segala sifat, yang baik dan buruk, warna-warni, terang dan gelap, kumpul jadi satu, bergulung di dalam penglihatan.

ASMA'ULLAH adalah SIFAT PENDENGARAN, nyatanya adalah semua suara kumpul menjadi satu di telinga, semua perkataan, yang di keluarkan oleh lisan, semuanya adalah Asma, masuk kedalam telinga.

AF'ALULLAH adalah SIFAT PENCIUMAN/NAFAS, nafas yang keluar masuk melalui hidung, nafas yang memangku dan menguatkan wujud, nafas yang menjadi tiangnya

hidup, adanya hidup

wajib harus dimengerti, nafas yang keluar perginya kemana, jika keluar sampai dimana tempatnya, jika ke dalam di mana diamnya, tidak akan hilang tanpa sebab, tentu ada tempatnya yang pasti, Allah Maha Adil, menurut Ilmu Syariat, Tharekat, Hakikat dan Ma'rifat, itu adalah perjalanan manusia untuk pulang, pulang kepada asalnya, tempat Ruh waktu di Qadim, Qudratullahu.

SIFAT RASA [PENGUASA] dari PERKATAAN, PENGLIHATAN, PENDENGARAN, PENCIUMAN, termasuk RUH, NYAWA, BAATHIN, HATI, QOLBU, semuanya tidak akan hilang tanpa sebab, semua ada tempatnya yang pasti yaitu kembali kepada JAUHAR AWWAL RASULULLAH, inilah yang disebut RASA RASULULLAH atau RASA SEJATI

Hak Allah, Hak Muhammad, Hak Adam

Haknya Allah yaitu Awas

Haknya Muhammad yaitu Yang Mengawasi

Haknya Adam yaitu Yang Diawasi

Dzat Sifat Asma bersatu Allah Muhammad Adam [Akrobu] ada di wujud manusia, yang tiga bergulung jadi satu Hidup, Rasa dan Adegan

Yang tiga bergulung jadi satu, Awas, Yang Mengawasinya, Yang Diawasinya, jika Awas saja, tidak ada Yang Mengawasi pasti luput, begitu juga jika hanya dua yaitu Awas dan Yang Mengawasi, Yang Diawasinya tidak ada.

Hidup adalah kenyataan pasti, kenyataan akan adanya Allah, ada, mustahil tidak ada, Rasa sudah pasti kenyataannya yakin, ciri adanya yang di utus Nabi Muhammad Rasul, Penghulu Rasul semua, Adegan adalah kenyataan Adam Nabi, Khalifah Allah Ta’ala.

Pertama-pertama dijadikan Allah Ta'ala itu *CAHAYAKU

[Muhammad], dan pada riwayat lain, *RUHKU.[al-Raniri, 1961: 147]

"Aku [Muhammad] dari Allah dan Alam Semesta dariku;

“Jikalau tiada engkau, ya Muhammad, niscaya tiada Kujadikan segala Alam ini

[Al-Ghazali, 1934: 115]

Muhammad memegang peranan sentral dijadikannya Alam Semesta ini, sebelum adanya dalam bentuk seorang Nabi insani. N tersebut Qadim lagi azali.

*Nûr Muhammad inilah yang selalu berpindah dari generasi berikutnya dalam bentuk para anbiya: Nabi Adam Alaihissalam,


Nabi Nuh Alaihisalam, Nabi Ibrahim Alaihissalam, Nabi Musa Alaihissalam dan lain-lain, kemudian dalam bentuk Nabi penutup, Muhammad Salallahu ˜alaihi wassalam. Nur tersebut berpindah kepada para awliya dan berakhir pada para wali penutup

[khatam awliya] [Al-Ghazali, 1934: 115]

* Nur [RUH Ilmu Rasulullah]

Berkata Wahab bin Munabbih, bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam telah bersabda :

Allah Ta'ala telah berfirman : "Sesungguhnya semua petala langit dan bumi akan menjadi sempit untuk merangkul Dzat-Ku, akan tetapi Aku mudah untuk dirangkul oleh QALBU

[hati] seorang Mukmin."

[Hadits Riwayat Ahmad]

"Di antara manusia ada orang yang membantah tentang


Allah [977] tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat" [Al-Hajj:8]


MA'RIFATULLAH

 
WAJIB MA’RIFAT KEPADA ALLAH TA’ALA
Bahwa sesungguhnya ma’rifat kepada Allah Ta’ala hukumnya wajib bagi semua orang yang sudah Mukallap, tegasnya bagi semua orang yang sudah memasuki usia Aqil balig, wajib tidak boleh tidak, karena ada hadis nya kang jeng nabi Muhammad s.a.w yang berbunyi begini :
Awwalu dinni ma’rifatullohi ta’ala “.
Artinya : Awal-awalnya Agama itu, harus mengetahui lebih dahulu kepada Allah Ta’ala.
Sebab diharuskan mengetahui lebih dahulu itu, supaya di dalam pelaksanaan ibadah seseorang Akan diterima amal ibadahnya oleh Allah Ta’ala, ibadah itu harus dibarengi dengan ilmu.Kalau tidak dibarengi dengan ilmu hukumnya adalah batal, tegasnya tidak jadi. Setiap-tiap sesuatu yang tidak jadi, sudah tentu tidak akan ada manpaatnya untuk di Akherat kelak, hanya berguna di dunia saja. tetapi di dalam perkara ilmu, hati-hati jangan sampai keliru, sedangkan artinya ilmu itu adalah pengetahuan, namun bukan hanya harus mengetahui kepada syara’, yaitu tentang syahnya dan batalnya ibadah saja, tetapi harus dengan mengetahui ( Ma’rifat ) kepada Allah Ta’ala dan Rosululloh, sebab itu semuanya, jangan sampai tidak karuan ( sembarangan ) saja penempatannya. Perumpamaannya di dunia, amal ibadah itu sedang mengumpulkan perabotan rumah tangga, seperti meja, kursi, lemari dsb, sedangkan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala seumpama kita memiliki sebuah rumah yang besar dan megah, yaitu supaya barang-barang yang di dapat dengan susah tentu akan mudah rusak, dan tidak akan menjadikan kenikmatan. Apalagi kalau kita mempunyai tekad amal ibadah itu untuk bekal nanti keakherat, kalau begitu semakin wajib saja Ma’rifat kepada Allah Ta’ala sebab untuk tempat kembali ( pulang ).Kalau tidak diketahui dari sekarang, apakah kira-kira nanti akan sampai ke tempat asal kita tadi? Padahal di dalam sakaratul maut nanti, sudah tidak ada bahan pertanyaan lagi dan sudah tidak akan ada akalnya lagi, saking merasakan rasa sakitnya, sebab menurut hadis juga kalau sekarang kita selama di- dunianya buta, tegasnya tidak mengetahui kepada Allah dan Rasululloh, nantinya di akherat juga tetap saja buta.
Setiap-tiap kita dalam keadaan buta tegasnya merasa gelap diakherat kalau begitu hasil jerih payah kita selama di dunia,yang didapatnya dengan susah payah akan dibawa kemana?
Disebabkan tidak bisa sampai kepada Allah ke tempat asal kita semuanya tadi, boleh jadi hasil jerih payah atau hasil amal ibadah kita akan dibawa kesasar atau tersesat ke sana ke mari, kalau dibawa masuk kedalam sarang kaum siluman, hasil pendapatan kita akan dijadikan sebagai harta kekayaan di negaranya, dan kita sendiri akan dijadikan sebagai pembantunya. Oleh karena itu kita mumpung masih berada (hidup) di dunia, harus berikhtiar sedia payung sebelum hujan, tegasnya harus mau mendatangi ke alam kemudian, atau alam akherat, yaitu harus bisa mati sebelum mati, karena kalau tidak mati dahulu selagi hidup tentu tidak akan tahu kepada akherat. Karana kalau ingin tahu kepada akherat harus bisa mati dahulu, sesuai dengan dalilnya:
Antal Maotu qoblail maotu”
Jadi jelas akherat atau asal kita tadi, harus diketahui dan harus didatangi dari sekarang supaya nanti tidak akan tersesat lagi, mati sambil mendelik-delik, mencibir, dan melirik kesana kemari seperti orang mencari jalan.

JALAN-JALANNYA MA’RIFAT KEPADA ALLAH TA’ALA
Kalau jalan-jalannya Ma’rifat kepada Allah Ta’ala itu ada dua jalan, ada yang dari bawah ke atas dan ada yang dari atas ke bawah.
Kalau yang dari bawah ke atas, yaitu yang memasuki pesantren lebih dahulu, mengaji kitab Al Qur’an dan terus melaksanakan ibadahnya rukun yang lima perkara. Nah yang begitu adalah termasuk jalan ibadah Ma’rifat Kepada Allah Ta’ala, namun sayang kebanyakan tidak pernah sampai kepada Ma’rifatnya, disebabkan keburu betah, dan keburu enak pada Asma, tegasnya sudah keburu nikmat pada pal penunjuk, padahal kalau diteruskan Ma’rifatnya kepada Dat sifatnya Allah Ta’ala, masa iya tidak berlipat ganda kenikmatannya, karena nyata baru di Asma saja sudah sedemikian kenikmatannya.
Sedangkan kalau jalan yang dari atas ke bawah, yaitu yang memenuhi dalil tadi, Awwalu Dinni Ma’rifatullohi ta’ala, jalannya bukan hanya dari pada pesantren saja, tetapi harus mau melatih diri, yaitu harus dengan Tirakat dibarengi dengan Ikhtiar mencari tempat berguru, yaitu Guru Mursid, karena tidak akan mengerti kalau tanpa guru, oleh sebab itu manakah yang akan disusul (dikejar) oleh kita ? Tidak ada lain, kecuali dari pada Tarekatnya para Wali yang harus dikejar, sebab itulah yang bisa sampai Ma’rifat kepada Dat sifatnya Allah Ta’ala, yang disebut dengan Johar Awal, yaitu hakekatnya Muhammad, masa iya tidak ada berkah keramatnya untuk kita semuanya, sebab tadi juga, para Wali makanya sedemikian rajin dan gigihnya bertapa, tidak ada lain hanya untuk membela umat-umatnya Rasululloh supaya bisa kembali lagi kepada Allah Ta’ala. Oleh sebab itu marilah kita segera cari bersama-sama Tarekat para wali tersebut, sebab kalau tidak cepat-cepat ketemu Tarekat para Wali itu, tentu tidak akan dapat kembali lagi ke asal, pasti nyawa kita nanti akan bergentayangan nitis menitis, kembali lagi ke dunia kepada barang-barang yang akan terkena rusak, tidak akan bisa memenuhi dalil:
Inna lillahi wa inna ilaihi roojiun”
Artinya: Asal dari Allah, harus kembali lagi kepada Allah
Namun semuanya mungkin masih bingung, walaupun percaya juga, karena kita tidak merasa tadinya berangkat dari Allah, turunnya kealam dunia, tetapi dikarenakan ada dalilnya begitu, cepat-cepat saja kita mengaku berasal dari Allah, tetapi mengakunya cuma sebatas bahwa bibir saja, terpaksa mengakunya karena takut disebut kafir/kufur, karena tidak percaya kepada dalil, namun artinya tetap saja gelap tidak mengerti, disebabkan tidak terasa.
Oleh sebab itu saya akan memberi sedikit keterangan, supaya dapat terasa dan percaya, kita tadi asalnya dari ALLAH, beginilah keterangannya kita telusuri dahulu dari bawah ke atas, supaya dapat di mengerti oleh akal.
Mula-mula kita menerima berasal dari mana? Yang dapat dimengerti oleh umum, kita berasal dari IBU, terus telusuri lagi ke atasnya, kalau ibu kita berasal dari mana? Tentu saja ibu kita berasal dari NENEK, kalau nenek berasal dari mana? Tidak salah lagi Nenek keluar dari BUYUT, kalau buyut keluar dari mana? Buyut berasal dari
BAO (menurut istilah bahasa sunda). Kalau Bao berasal dari mana? Asalnya tentu dari JANGAWARENG, kalau jangawareng berasal dari mana? Tentu saja keluarnya dari UDEG-UDEG, kalau udeg-udeg berasal dari mana? Tentu keluar dari KAKAIT SIWUR, selanjutnya begitu saja, dari ibunya dan dari ibunya lagi, sampai kepada SITI HAWA, sedangkan Siti Hawa berasal dari mana? Siti Hawa berasal dari TULANG RUSUKNYA NABI ADAM, kalau Nabi Adam berasal dari mana? Diterangkan oleh Hadis bahwa Nabi Adam berasal dari pada SARI-SARI BUMI, API, AIR dan ANGIN, sedangkan Sari-Sari Bumi, Api, Air dan Angin berasal dari mana? Diterangkan pula oleh Hadits asalnya dari pada NUR MUHAMMAD, cahaya empat perkara.
1. Cahaya merah hakekatnya api
2. Cahaya kuning hakeketnya angin
3. Cahaya putih hakekatnya air
4. Cahaya hitam hakekatnya bumi
Kalau NUR MUHAMMAD berasal dari mana?
Itu juga diterangkan oleh Hadis, asalnya dari pada Nurnya Yang Maha Suci, yaitu yang disebut dengan JOHAR AWAL. Nah sampai di situ buntu, sebab sudah diterangkan oleh Hadis dan Al Qur’an, bahwa JOHAR AWAL itu adalah bibitnya atau cikal bakalnya tujuh lapis Bumi dan tujuh lapis Langit beserta seluruh isinya, jadi kalau begitu, bahwa tadi dikatakan berasal dari Allah itu, yaitu berasal dari sana, dari pada JOHAR AWAL itulah, sifatnya terang benderang yaitu bersatunya Dat dengan sifatnya Yang Maha Suci, barulah ada Asma Allah yaitu:
1. Cahaya Merah jadi Hakekat lapad……….Alip
2. Cahaya Kuning jadi Hakekatnya lapad…..Lam Awal
3. Cahaya Putih jadi Hakekat lapad…………Lam Akhir
4. Cahaya Hitam jadi Hakekat lapad………...He
5. JOHAR AWAL jadi Hakekat lapad………Tasjid
Begitulah keterangannya, jadi itu cahaya yang disebut di atas adalah yang disebut Ismudat, artinya Asmanya DAT LAESA KAMISLIHI, atau Asmanya yang Maha Suci, kalau menurut para ahli dzikir disebutnya Latifah, nah nantinya kita harus bisa kembali lagi ke sana, makanya wajib diketahui dari sekarang Tarekatnya yang dapat menghilangkan Hijab atau penghalang yang menggelapi kepada Dat Sifatnya Allah Ta’ala, harus sampai ketemu dengan Hakekatnya Tasjid Muhammad yang ada di dalam wujud pribadi, nah itulah kunci Muhammad yang dapat membongkar Hijabnya kepada Allah Ta’ala, kalau seumpama ketemu, Insya Allah tentu kita bisa memenuhi pada peribahasa pulang ke sejati, kembali ke asal. Yaitu yang pulang ke sejati adalah Rasa Jasmani yang sekarang dipakai, kembali lagi kepada rasa tadi, sewaktu masih berada di Nurulloh (JOHAR AWAL), sedangkan yang kembali ke asal, yaitu Jasmaniah berubah menjadi asalnya lagi, yaitu menjadi Nur Muhammad, menjadi cahaya empat perkara lagi, cahaya merah, kuning, putih, hitam, setiap-tiap yang bisa kembali ke asal, itulah yang namanya sempurna, artinya habis bersih, habis rasanya, habis jasmaninya.
MULA-MULANYA KALAU INGIN MENCARI TUHAN
Nabi Muhammab S.A.W bersabda :”Man tholabal maolana bighoeri nafsihi faqod dolla dolalan ba’da”.
Artinya : “Barang siapa manusia mencari Tuhan keluar dari pada dirinya sendiri, maka sesungguhnya orang itu tersesat, karena didalam tekadnya merasa sangat jauhnya dengan Allah Ta’ala”.
Padahal ada dalilnya:
Wanachnu aqrobu ilaehi min hablil waried”
Artinya :
Aku sudah tidak ada jaraknya lagi dengan kamu sekalian, walaupun diumpamakan urat leher dengan leher kamu pribadi juga, masih lebih dekat denganku “. Makanya manusia lebih dimulyakan oleh Allah Ta’ala dibandingkan dengan makhluk yang lain, sesuai dengan dalilnya yang berbunyi :
Wa laqod karomna Bani Adam”.
Artinya : “Kami sudah memuliakan sekali anak cucu Adam”.
Dan ada lagi dalilnya yang berbunyi begini :
Laqod kholaqnal insanna fi ahsanitaquiim”
Artinya : “Manusia adalah yang paling bagus dan paling menakjubkan dari pada suatu kejadian, diantara sesama makhluk Allah Ta’ala”.
Coba saja kalau kamu sudah mengetahui keadaan yang ada di dalam dirimu sendiri, tentu nanti akan terasa keajaiban-keajaiban yang ada di dalam badan sendiri.
Ada lagi hadis Nabi Muhammad yang mengatakan
Man ‘arofa napsahu faqod ‘arofa robbahu “.
Artinya : “Barang siapa yang sudah mengetahui kepada dirinya sendiri, sudah tentu akan mengetahui kepada Tuhannya”
Wa man ‘arofa robbahu faqod jahilan napsahu”
Artinya : “Dan barang siapa yang sudah mengetahui kepada Tuhannya, tentu akan merasa bodoh dirinya, karena tentu dia dapat mengerti bahwa sijasad tidak akan bisa bergerak, kalau tidak didayaupayakan oleh Tuhannya “.
Jelas sekali bahwa jasad ini betapa bobroknya, makanya kalau kita mengaji, jangan hanya mengaji kitab yang akan terkena rusak saja, tetapi harus mengaji kitab yang kekal, sesuai kata hadisnya yang berbunyi begini :
Iqro kitabika kafa binafsika alyaoma alaika hasiba”
Artinya : “Kamu harus mengaji kitab yang kekal, yaitu mengaji kitab yang ada di dalam dirimu sendiri”.
Cobalah cari Qudrat-Iradatnya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, karena
Lebih nyata kekuasaannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih nyata kehendaknya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih nyata ilmunya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih nyata hidupnya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih nyata penglihatannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan
Lebih nyata Pendengarannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, serta
Lebih nyata pengucapannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, Karena ada dalilnya yang berbunyi :
Wa huwa ma’akum ‘aenama kuntum”
Artinya : “Allah Ta’ala membarengi saja kepada semua umat-umatnya dimana saja kamu berada, disitu aku berada”.
Tetapi sesungguhnya dibarengi oleh Allah Ta’ala, yaitu dengan Qudrat dan Iradatnya dan dengan ilmunya, kan jelas di dalam sifat dua puluh juga saling merangkap :
Hayat dan hayyun
Hayat artinya hidup, hayyun artinya yang hidup
Sama’ dan sami’an
Bashar artinya melihat, bashiran artinya yang melihat
Kalaam dan Mutakaliman
Kalaam artinya mengucap, mutakaliman artinya yang mengucap
Qudrat dan Irodat
Qudrat artinya kuasa, Irodat artinya kehendak
Apa yang berkuasa di dalam diri kita ?
Tiada lain selain dari pada Hidup, buktinya kita dapat bergerak,
Apa yang berkehendak di dalam diri kita ?
Itulah Rasa, buktinya :
Mata bisa melihat
Telinga bisa mendengar
Mulut bisa mengucap (bicara)
Hidung bisa mencium
Tuh kan terbukti, jelas tidak berpisahnya, sekarang tinggal barangnya saja, yang seperti apakah sifatnya Qudrat atau hidup itu, wajib sekali diketemukannya, supaya dapat dimengerti dan terasa, jangan hanya percaya menurut khabar saja, harus yakin oleh diri sendiri.
MENERANGKAN ARTINYA IMAN DAN MA’RIFAT
Kalau Iman artinya Percaya.
Kalau Ma’rifat artinya mengetahui
Ternyata berbeda antara Iman dan Ma’rifat, kalau begitu kita percaya adanya Allah Ta’ala, harus dengan mengetahuinya (Ma’rifat), kalau tidak dibarengi dengan aenal yaqin atau jelas, maka kalau begitu Imannya, Iman Taqlid, bisa jadi mengaku percaya adanya Allah Ta’ala hanya berdasarkan pendapat atau khabar dari orang lain saja, atau hanya mendapat khabar dari kitab saja
Jadi kalau demikian pahamnya hampir semua yang beriman kepada Allah, hanya sebatas percaya kepada adanya Allah saja, dikarenakan ada bukti ciptaannya Bumi dan Langit dengan segala isinya. Kalau begitu jangankan orang yang menganut agama Islam, malah yang menganut agama lain juga, sama-sama percaya kepada adanya Allah Ta’ala, apa bedanya agama Islam dengan agama-agama lainnya ?
Apakah dikarenakan agama islam ada rukunnya, yaitu shahadat, sholat, zakat, puasa dan haji. Kan di dalam agama-agama lain juga sama-sama ada shahadatnya, ada sholatnya, hanya mungkin berbeda di dalam tata cara dan bahasanya saja maksudnya tentu sama, kan tadi dikatakan bahwa agama Islam itu adalah yang paling tinggi derajatnya, dibandingkan dengan agama-agama lain, karena ada dalilnya begini :
Al Insaanu Sirri Wa’ana Sirrahu”
Artinya :”Rasa Muhammad itu adalah Rasa Allah, Rasa Allah ya Rasa Muhammad.
Tegasnya adalah pengetahuan Muhammad ya pengetahuan Allah, pengetahuan Allah yapengetahuan Muhammad apalagi menurut hadis
Illa Haqq Illa Haqqin, Illa Haqqin Illa Haqq”
Artinya :”Muhammad itu adalah haq Allah, Allah itu adalah haq Muhammad.
Nah begitulah makanya agama islam dikatakan sebagai agama yang paling tinggi derajatnya, disebabkan karena paling dekat-dekatnya dengan Allah, tidak akan ada Allah kalau tidak adaMuhammad, tidak akan ada Muhammad kalau tidak ada Allah, tegasnya tidak akan ada sifat kalau tidak ada Dat, tidak akan ada Dat kalau tidak ada sifat, makanya Kang Jeng Rosululloh disebut sebagaiPenghulunya Para Rosul dan disebut sebagai induk dari pada sekalian roch, jadi agama Islam makanya disebut paling tinggi derajatnya yaitu disebabkan adanya Hak Ma’rifat Kepada Allah, kan terbukti bahwa Rosululloh bisa melakukan Mi’raj malah sampai ke sebelah sininya, Syech Syarief Hidayatulloh wali qutub Cirebon, Mi’rajnya bisa ketemu dengan Hakekatnya Kang Jeng Nabi Muhammad yaitu yang disebut Johar Awal, tegasnya sifat Yang Maha Suci, menurut para Wali disebutnya Sejatining Hirup, atau Sejatining Syahadat, yaitu berasalnya Dat dengan Sifatnya Yang Maha Suci, jadi kita juga kalau bisa ketemu dengan Tarekatnya Para Wali, Insya Allah bisa ketemu dengan Hakekatnya Rosululloh. Setiap-tiap sudah bisa ketemu dengan Hakekatnya Rosululloh, barulah kita diakui sebagai Umatnya, setiap-tiap sudah diakui sebagai umatnya Rosululloh Insya Allah nanti akan dibawa kedalam keselamatannya, yaitu kepada Kesucian. Kalau belum mengetahui dibarengi yakinnya kepada Rosululloh, baik kepada Majajinya atau kepada Hakekatnya tetap belum Syah kita mengaku sebagai umatnya Rosululloh, karena didalam rukun syahnya membaca syahadat juga sudah diterangkan didalam kitab :
1. Harus menetapkan dahulu Datnya Allah Ta’ala
2. Harus menetapkan dahulu sifatnya Allah Ta’ala
3. Harus menetapkan dahulu Asmanya Allah Ta’ala
4. Harus merasa jelas (kenal) dahulu kepada Rosululloh
Tuh kan begitu caranya membaca Syahadat, harus kenal lebih dahulu kepada Rosululloh, sebab bagaimana mau bisa menetapkan adanya Allah dan Rosululloh, kalau belum mengetahui (Ma’rifat) kepada sifat-sifatnya, sebab istilah menetapkan itu, harus kenal dahulu kepada barang-barang yang akan ditetapkannya. Ternyata begitulah membaca Syahadat, bukan hanya sekedar menyebut saja, karena kalau hanya menyebut saja anak kecil juga sudah bisa, makanya wajib dengan mengetahuinya, seumpama kita membaca program bioskop (Resensi Film) yang sangat ramai, tetapi tidak dengan menonton filmnya, apakah akan menjadikan kenikmatan bagi kita ?
Begitu juga walaupun kita tidak membaca Resensinya, tetapi langsung menonton filmnya didalam bioskop itu, manakah yang lebih utama ? Lebih utama yang membaca Resensinya atau lebih utama yang menontonnya ?
Begitu pula didalam perkara agama atau ilmu, yang membaca atau mendengarkan kitab ini, jangan cepat-cepat tidak percaya, jangan cepat-cepat menolak karena jaman kita sekarang ini, sudah sedemikian modernnya, pikiran orang sudah meningkat, sudah sedemikian majunya sehingga sudah tidak terlalu suka lagi dibohongi (dibodohi), orang didalam jaman sekarang di segala bidang selalu ingin nyata, ingin terasa yakin, ingatlah kepada peribahasa orang tua jaman dahulu “Batu Turun Kesik (Pasir) Naik”, tidak menjadi halangan, sungguh keagungan Allah Ta’ala, si orang tua menjadi bodoh si anak menjadi pandai, dan harus ingat pula bahwa sesungguhnya Ilmu Rosululloh itu ada empat pangkat yaitu :
1. Ilmu Sareat
2. Ilmu Hakekat
3. Ilmu Tarekat
4. Ilmu Ma’rifat
Pada jaman sekarang Ilmu Ma’rifat itulah yang sedang diburu dan dicari oleh semua umat islam, karena ingin merasa jelas kepada Allah dan kepada Rosululloh, berhubung ada dalilnya :
Wa’bud robbaka hatta ya’ tiyakal yaqin”
Artinya : ”Menyembah kepada Allah Ta’ala harus dibarengi sampai dengan jelas dan yakin”.
Supaya syah Datnya, syah sifatnya, syah Asmanya, syah af’alnya selama mengembara di alam dunia, biar sampai terasa tidak berpisahnya dengan Allah dan Rosululloh.Setiap-tiap sudah merasa tidak berpisahnya dengan Allah dan Rosululloh siang maupun malam,barangkali saja kita sudah tidak akan mempunyai lagi tekad yang buruk,maupun perbuatan yang buruk ,misalnya seperti iri dengki,jahil aniaya terhadap sesama manusia atau terhadap mahluk Allah,karena tentu akan merasa malu,disebabkan selalu merasa diperhatikan terus oleh Allah Ta'ala.Segala hal sudah tidak di rahasiakan lagi,dan segala perbuatan apa saja sudah tidak disertai dengan ujub,ria,takabur atau sombong,karena ternyata kita ini merasa tidak memiliki apa-apa,justru hina dina,apes,bodoh dan lemah,bisa juga ada rejeki dapat mengerjakan segala sesuatu bisa terlaksana ternyata dibarengi dengan pertolongan Yang Maha Suci,yaitu dengan qudrat dan irodatnya Yang Maha Kuasa.Jadi sekarang bisa kita simpulkan,bahwa setiap-tiap orang yang masih mau melakukan iri dengki,jahil aniaya terhadap sesama mahluk Allah Ta'ala,baik pada ustad /guru ngaji,pada santri atau kyainya sekalipun,pertanda orang itu masih belum merasa dekatnya dengan Allah dan Rosululloh,setiap-tiap belum merasa dekatnya dengan Allah,tentu segala tekad dan perbuatannya,masih tetap didalam ujub ria takabur atau sombong dan suka mengaku-aku paling pandai,orang lain tidak,mengaku-aku paling benar,orang lain tidak,mengaku islam sendiri orang lain tidak,jadi orang yang begitu sama saja dengan mengaku mempunyai Qudrat dan Irodatnya sendiri,tidak mau menerima kepada Qudrat dan Irodatnya Allah Ta'ala,sama saja dengan merebut dan merasa memiliki pada kekuasaan Allah Ta'ala.Memang tidak mudah kita mengaku islam,apalagi saling menuduh kepada orang lain,si ini islam si itu kafir,karena sesungguhnya seseorang islam atau kafir,hanya Allah saja yang mengetahui dan yg akan menetapkannya,begini keterangannya;

BAB ISI
Bahwa sesungguhnya islam itu adalah suci,bersih dari pada kotoran.Apakah yg menjadikan kotor ? Tiada lain kecuali napsu,oleh karena itu siapakah orangnya didunia ini yg tidak mempunyai napsu'Apalagi pada orang yg berbuat maksiat,walaupun pada orang yg ahli agama juga,sama sama ketetapan napsu,terlebih lagi pada orang yang sering melakukan iri dengki,ujub ria takabur atau sombong jahil aniaya terhadap mahluk Allah,walaupun hanya sekedar napsu ingin duniawiah juga,sdh kotor saja.Begitulah keterangannya. Setegasnya bahwa islam itu tidak ada dua,tidak ada tiga,justru hanya satu-satunya,malah yg itupun Go'ib lagi sifatnya,karena sesungguhnya sifatnya islam itu adalah Nur,nah itulah yg ketetapan napsu,sebab tadikan pada waktu kita masih berada di alam Nur,tidak mempunyai napsu ingin apa apa,begitu juga yg islamnya tidak ada dua atau tiga,karena hanya satu saja,yaitu Kang Jeng Rosululloh.Ternyata manusia tdk kebagian pangkat islam,manusia hanya sbg umat saja,namun yg sampai kpd pangkat umat jg hanya satu diantara seribu,karena saking merasa sukarnya,sebab hrs mengetahui dahulu kepada Rosullulloh dan mengerjakan segala perintahnya,kebanyakan hanya mengaku saja,jangankan mengetahui kpd Rosullulloh,kpd perintahnya juga banyak yg tdk mau mengerjakan,padahal didalam rukun islam juga diwajibkan berjiarah ke makam Rosululloh dan ke Baetulloh,yaitu keratonnya Allah Ta'ala ya ada di dlm diri sendiri,sesuai dg dalilnya;'KULLU UMATIN WA RUSULIHI' Artinya;'Pada setiap tiap umat sama sama ketetapan Rosullulloh,yaitu artinya Rasa Allah' ,oleh sebab itu kita harus penasaran,wajib mengetahuinya kpd Hakekatnya Rosullulloh yg ada di badan sendiri,drpd kita berjiarah ke Mekkah atau ke Madinah tidak mampu,pdhl tadi sdh dikatakan bahwa haji itu ada dua macam,yaitu Haja Majaji dan Haji Hakekat'.Haji Majaji yaitu yg bisa melaksanakan pergi berjiarah lgsng ke Mekkah[Baetulloh] dan ke Madinah.Sedangkan haji Hakekat yaitu yg sdh mengetahui kepada Hakekatnya Baetulloh dan Rosululloh di dalam diri sendiri.karena Rosululloh itu tidak wafat, kalau wafat alam dunia ini juga tidak akan ada, karena telah terbukti bahwa Syech Syarief Hidayatulloh bisa bertemu dengan hakekatnya Rosululloh yaitu dengan jalan tarekat, jadi walaupun kita juga kalau ingin menjadi umat Rosululloh harus bisa mengetahui kepada hakekatnya Rosululloh yang disebut dengan johar awal, kita harus sampai ketemu dangan Tarekat peninggalan (warisan ) para wali tersebut.

AWWALU DINNI MA'RIFATULLAH

AWWALU DINNI MA'RIFATULLAH >>> DZAT
Hakikat : LA ILAHA ILLALLAH


WA MA'RIFATURRASULULLAH >>> SIFAT
Syariat : MUHAMMADUR RASULULLAH

TIDAK PISAH - TIDAK JAUH - TIDAK BISA DIPISAH

Ruh Tauhid :
LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR RASULULLAH

*MUHAMMADUR > Attahiyat > MIM-HA-MIM-DAL

*RASULULLAH > Ruh Shalat

" Tidak meninggalkan Syariat dan tidak menghapus Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam "

" BUKTI KEBENARAN AL-QUR'AN adalah SHALAT "

Awwalu dinni ma'rifatullahi ta'ala Imam Al-Ghazali

Awalnya Agama harus ma'rifat dulu kepada Allah Ta'ala.

Wa'bud robbaka hatta ya tikal yaqiinu Al-Hajr ayat 99

Harus tha'at kalian kepada Allah hingga sampai kepada yakin.

Di sini makna dalil bagaimana artinya? Bagaimana sampainya? mau yakin kepada tha'atnya saja dari baligh sampai kepada kematian baik juga. Katanya ingin sampai kepada yakin, kepada yang di tha'atinya, malah dari dulu juga tidak ada yang ma'rifat, tetapi mengapa sampai ada yang menjadi Wali nyatanya.

Pertama derajat manusia tidaklah sama, kedua, perkara wajib ma'rifat agar supaya kita hidup di dunia punya benteng pertahanan yang kuat untuk menjaga hawa nafsu yang buruk, menjadi punya rasa malu karena siang malam dilihat oleh Allah, sudah terasa, tidak ada jarak, selamanya merasa dilihat.

Itulah faedahnya, makanya manusia wajib ma'rifat buat syarat sahnya amal ibadah sekarang ketika di dunia, supaya yakin ibadahnya, tidak putus sampai mati, yakin kepada yang di ibadahi, tidak akan lupa sampai mati. Dua-duanya dikerjakan amal dengan iman, meskipun di bagian dunia benar shalatnya, tetap saja harus bertemu dulu dengan yang di shalatinya/memberi perintah.

Tidak mendahulukan shalat/tha'at sebelum bertemu, benarnya puji harus bukti dulu kepada yang di pujinya.

"Jika menerima menjadi hamba harus melihat dulu kepada Tuhan-nya".

Jika mencari jalan rejeki dengan kuli, harus mencari dulu tuannya, tidak langsung bekerja, pekerjaan memang banyak, banyak tanah untuk di buka, sawah untuk di cangkul dll jika kita langsung saja mencangkul sawah, tidak ada pembicaraan kepada pemiliknya, sudah pasti akan kedatangan yang punya sawah, dari pada ngasih duit yang ada malah di usir, karena merasa sawah akan di hak oleh yang nyangkul, pertama tentunya sebuah kerugian karena sudah mengeluarkan tenaga dengan lelahnya, kedua, tidak adanya hasil, berikut di usir dan di marah.

Bagian Agama wajib beramal ibadah sebelum ma'rifat kepada Allah, sebab perlu belajar dulu supaya bisa, untuk bekal berbakti kepada Allah, hanya saja ibadah jika belum sampai kepada ma'rifatnya, janganlah ujub karena adanya pahala, dapatnya pahala pasti bakal di timbang dengan amal baik dan amal buruknya, jika berat kepada amal baik tentunya Surga (ni'mat) jika berat kepada amal buruk tentu masuk Neraka (ketidakenakan) inilah yang mengerikan jika tidak ma'rifat.

Jika manusia sudah ma'rifat sudah tidak akan ada timbangan lagi, sebab di dunia sudah bisa menghisab diri sendiri melalui Tharekat, sudah bisa menimbang hawa nafsunya sendiri, yang di timbang buruk tidak akan di lakukan, yang di timbang baik pasti di kerjakan.

Bagaimana jika manusia tidak tahu kepada jalan ibadah tapi ada kadar ma'rifatnya? apakah jalannya dari Tharekat? Manusia seperti itu lebih beruntung, itu tandanya mendapat taufik (pertolongan) dari Allah, ciri manusia yang di ampuni dosanya, dari mana saja jalannya pasti masuk dulu Tharekat, sebab untuk membuktikan sifat-sifatnya hakikat DZAT, SIFAT, ASMA "barang ghaib" yang tidak bisa dilihat oleh mata kepala

Ru'yatullohi Ta'ala fidunya bi'ainil qolbi

Melihat Dzat, Sifat Allah Ta'ala di dunia oleh awasnya hati/baathin. Itulah keterangannya yang ma'rifat kepada Allah Subhanallahu wa Ta'ala, tidak dipastikan bahwa harus dari Syariat dan harus bisa ngaji kitab dan Qur'an, di atas disebutkan ahli syariat juga jika ingin mengejar ma’rifat tetap saja harus masuk dulu Tharekat, Allah Maha Kuasa dan wenang, tidak kepada manusia yang bisa baca kitab Qur'an saja memberi taufik itu, buktinya para Wali juga ada yang tidak masuk pesantren, semakin ke sini tidak kurang manusia yang sampai kepada ma'rifat yang bukan dari pesantren dulunya, dan akan mendapat keutamaan jika dari jalur pesantren terus sampai kepada ma'rifatullah, sebab Dalil dan Hadist menjadi saksi.

Ma'rifat adalah untuk syarat sahnya amal ibadah, agar sempurna ibadahnya. Kedua untuk membentengi hawa nafsu buruk, agar sempurna prilaku hidupnya di dunia. Ketiga perkara ma'rifat kepada Allah adalah untuk keselamatan Dunia dengan Akhirat, sebab ;

SIFATNYA JALAN SELAMAT adalah TERANG

SIFATNYA JALAN CELAKA adalah GELAP

Walaupun ahli agama, jika tidak ma'rifat kepada Allah Ta'ala, apalagi jika belum mempunyai lampu, sepertinya ingin menubruk orang lain, ibarat mengemudikan mobil malam hari tidak memakai lampu, kejadiannya tentu tabrakan saja dengan temannya yang sama-sama tidak memakai lampu. Tiap-tiap yang sudah ma'rifat tentu merasa bodoh dan tidak akan ujub, riya, takabur, dengki dan tidak akan iri kepada orang lain, amaluna amalukum.

Bagaimana jalannya ma'rifat agar cepat sampainya?

Hal pertama jika ingin ma'rifat, harus mencari rukunnya dulu. Jika tidak ketemu rukunnya maka selamanya tidak akan bisa sampai, semuanya juga memakai rukun, ingin Iman ada Rukunnya yang 6 perkara, ingin Islam ada Rukunnya yang 5 perkara, ingin melakoni Agama ada Rukunnya yang 4 perkara yaitu Syariat, Hakikat, Tharekat dan Ma'rifat, begitu juga jika ingin ma'rifat kepada Allah Ta'ala, harus tahu rukunnya. Rukun ma'rifat ada empat perkara, kata sifat dua puluh yaitu sifat Wahdaniyah. artinya :

SATU DZAT-SATU SIFAT-SATU ASMA-SATU AF'AL

yang empat perkara kumpul ada pada manusia, hanya yang tiga

DZAT, SIFAT, ASMA itu barangnya ghaib tapi ada. Makanya manusia diwajibkan harus percaya kepada barang ghoib ;

Hudan lil muttaqiina

Manusia muttaqin yaitu manusia yang takut kepada Allah, yang menjalankan segala perintahnya dan yang menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

Alladziina yu minuuna bil ghoibi

Semua manusia yang Iman mentekadkan, membenarkan serta mengakui kepada perkara yang ghoib, disebut Muttaqin karena melakoni kepada perintahnya Allah, dan menjauhi apa-apa yang di cegah/di larang Allah, yang Iman serta mengakui kepada ghoib, harus yakin dulu kepada barang-barangnya, sebab ghoib bukan tidak ada, pasti adanya tapi kelihatannya harus oleh ghoib lagi, yang

ghoib di wujud manusia yaitu Dzat - Sifat - Asma - Af'al,

jadi dilihatnya juga harus oleh ghoibnya manusia lagi, karena manusia juga ada ghoibnya;

Wallaahu ghoibun al insaanu ghoibun

Allah ghoib, manusia ghoib. Jadi artinya ghoib itu adalah sifat-sifatnya hakikat ;

DZAT yaitu hakikatnya ALLAH

SIFAT yaitu hakikatnya MUHAMMAD

ASMA yaitu hakikatnya ADAM

Apabila kita yakin melihat kepada sifat-sifatnya hakikat, sudah pasti bisa sampai kepada ma'rifatullah.

Sebab harus diingat bahasa Allah itu adalah tetap nama, nama sesudah ISBAT artinya sesudah dhohir manusia, dan dhohirnya manusia adalah sesudah bergulungnya



Dzat - Sifat - Asma - Af'al-Nya Allah.

Alhasil jika manusia sudah ma'rifat (melihat) kepada sifatnya yang empat perkara, begitulah yang di sebut ma'rifat kepada Allah, sebab itu yang empat jadi lafadz

Alif Lam Lam - Ha barang, disambung menjadi lafadz Allah.

Di sini lafadz belum di ketahui menjadi Allah, tasjidpun belum ada, jadi tasjid adalah kenyataan manusia, sebab ada nama Allah adalah sesudah ada manusia. Jadi itu yang empat huruf kelima tasjid, bergulungnya menjadi ada Allah ;

Tidak akan ada AKU jika tidak ada [Allah, ke - lima tasjid] bergulung menjadi ada Muhammad (manusia), tidak akan ada Muhammad jika tidak ada AKU

Sekarang bukti pada lafadznya juga, Alif - Lam Lam Ha, tidak berpisah dengan Tasjidnya. Jadi jelas sudah bahwa manusia tidak ada jarak dengan Allah :

Wa nahnu aqrobbu ilaihi min hablil wariid

Aku lebih dekat kepada kamu, biarpun diibaratkan urat leher, masih dekat Aku dan kamu.

HAKIKAT DZAT ALLAH

Buku : Syarah Doa Kumail

Karya : Ayatullah Husein Ansariyan

Neisyaburi, dalam kitab rijalnya, berkata, Kumail adalah sahabat pilihan Amirul Mukminin Ali as, dimana Imam as menempatinya di barisan Imam as ketika dalam perjalanan. Neisyaburi menambahkan, dalam perjalanan tersebut, Kumail berkata kepada Amirul Mukminin Ali as, Apa sebenarnya Hakikat Itu (Hakikat Dzat Allah), Imam ali as menjawab, dimana engkau, dan dimana hakikat Dzat Tuhan itu?

Lalu, Kumail berkata, Apakah saya bukan pengikut pilihan dan setia kamu?, Imam as menjawab, ya, wahai Kumail, kamu adalah pengikut setia dan pilihan ku, pada akhirnya, berbagai makrifat yang ada di diri ku akan sampai kepada kamu.

Mendengar itu, Kumail kembali berkata, Apakah sosok Mulia seperti engkau akan mengecewakan orang yang bertanya? Imam ali as berkata,

Hakikat Dzat Tuhan tidak dapat dipahami melainkan melalui kashaf (pemandangan syuhudi), dan juga tidak dapat dipahami melainkan dengan jalan penyucian, yaitu kita mensucikan Dzat Tuhan dari segala sesuatu yang pernah kita bayangkan dan lihat

Amirul Mukminin Ali as, menambahkan, Manusia harus mengetahui bahwa Tuhan bukanlah yang ada dalam angan-angan dan khayalannya. Apa yang ada di dalam angan-angan dan khayalan (imajinasi) seorang manusia, bukanlah Tuhan, akan tetapi itu adalah makhluk-Nya (yang diciptakan-Nya).

Amirul Mukminin Ali as, melanjutkan bahwa ketika seseorang dapat terbebas dari alam khayal dan angan-angan, dan masuk ke dalam ILMU dan ruangan baathin (Alam baathin) yang murni, dimana di dalamnya sama sekali tak ada angan-agan dan khayal, maka dalam kondisi itu, seseorang dapat melihat hakikat. Karena angan-angan dan khayalan (imajinasi) merupakan penghalang baathin guna menemukan sebuah hakikat.

Dinukil dari buku syarah doa kumail, karya Ayatullah Husein Ansariyan.



Shalat adalah untuk mengundang RAHMAT ALLAH

dan Shalat adalah untuk memohon SYAFA'AT RASULULLAH

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam ;

Allah tidak memandang RUPA dan HARTAMU tetapi Allah memandang HATI dan AMALANMU